Kamis 23 Dec 2021 02:45 WIB

China Diduga Bakal Kejutkan Pasar Kendaraan Listrik Global

China tidak pernah menjadi pengekspor mobil terbesar, meski menjadi pasar terbesar

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Hiru Muhammad
 Kendaraan listrik (EV) buatan China sudah melaju kencang di jalanan negara itu pada tahun 2021. Selanjutnya China berpeluang membuat terobosan penjualan EV di luar negeri.  Pengisian kendaraan mobil berbahan bakar listrik di luar sebuah apartemen di Beijing, China.(ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/ Wu Hong
Kendaraan listrik (EV) buatan China sudah melaju kencang di jalanan negara itu pada tahun 2021. Selanjutnya China berpeluang membuat terobosan penjualan EV di luar negeri. Pengisian kendaraan mobil berbahan bakar listrik di luar sebuah apartemen di Beijing, China.(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Kendaraan listrik (EV) buatan China sudah melaju kencang di jalanan negara itu pada tahun 2021. Selanjutnya China berpeluang membuat terobosan penjualan EV di luar negeri. 

Penjualan kendaraan penumpang berenergi baru di China, termasuk hibrida plug-in, hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya dalam 11 bulan pertama tahun 2021 menurut Asosiasi Produsen Mobil China. Fakta ini bertentangan dengan pasar mobil yang lesu secara keseluruhan di dunia.

Baca Juga

Dilansir dari Wall Street Journal Selasa (21/12), kendaraan energi baru menyumbang hampir seperlima dari penjualan mobil penumpang pada bulan November. Meskipun China secara bertahap menghapus subsidi untuk pembelian EV, China telah memperkenalkan sistem perdagangan kredit yang mendorong pembuat mobil untuk memproduksi kendaraan dengan emisi lebih rendah. 

Infrastruktur produksi EV juga telah meningkat. Sebab sekarang ada lebih dari satu juta titik pengisian daya listrik di China atau dua kali lipat dari jumlah dua tahun lalu menurut Aliansi Promosi Infrastruktur Pengisian Kendaraan Listrik China. 

Selain merek Tesla, merek Cina mendominasi penjualan EV di negara tersebut. Salah satu EV dengan penjualan baik adalah Hongguang Mini EV: hatchback seharga $4.400 (Rp63 juta) yang diproduksi lewat kerjasama General Motors, Liuzhou Wuling Motors, dan SAIC Motor (perusahaan milik negara di China).

Namun, pembuat mobil China lainnya seperti BYD, Li Auto dan XPeng membuat EV yang lebih konvensional dan terlaris. Apalagi China sekarang memiliki rantai pasokan EV yang kuat. Salah satunya Teknologi Amperex Kontemporer (CATL) adalah pembuat baterai EV terbesar di dunia. 

China juga mendominasi pemrosesan bahan baterai seperti litium. Peminat juga melonjak pada jenis baterai yang menggunakan teknologi yang disebut lithium iron phosphate (LFP) karena lebih aman dan lebih murah. Teknologi ini telah ada selama bertahun-tahun tetapi berkat kepadatan energi yang ditingkatkan berarti cocok untuk adopsi yang lebih luas, terutama di EV yang lebih terjangkau. 

Tesla sebenarnya telah menggunakan baterai LFP dari CATL untuk Model 3 buatan China. Perusahaan BYD, yang didukung oleh Warren Buffett, juga telah merancang versinya sendiri. 

Oleh karena itu, produsen mobil Cina bisa mengincar pasar global berikutnya. Perusahaan Polestar yang berbasis di Swedia, yang dimiliki oleh Geely China, telah menjual EV buatan China di Eropa dan MG Motor AS, pembuat mobil Inggris yang dibeli oleh SAIC pada 2007, juga telah membuat EV di China. Kedua usaha penjualan telah dilakukan dengan baik di Eropa, tetapi masih jauh di belakang Tesla dan pemimpin pasar tradisional seperti Volkswagen. 

Selama ini China tidak pernah menjadi pengekspor mobil besar secara global meskipun menjadi pasar mobil terbesar di dunia. China berusaha untuk mengubah hal ini di masa depan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement