REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beberapa studi mengungkapkan bahwa intermittent fasting tidak efektif dalam membantu penurunan berat badan. Namun dalam studi terbaru, intermittent fasting terbukti dapat membantu penurunan berat badan dan memiliki beberapa manfaat kesehatan lain, setidaknya untuk jangka pendek. Intermittent fasting adalah diet dengan berpuasa selama beberapa waktu, namun selama sela-sela itu Anda masih bisa minum air puith.
Pernyataan ini didasarkan pada hasil dari 130 uji klinis. Menurut temuan ini, selain membantu menurunkan berat badan, intermittent fasting juga membantu dalam menurunkan indeks massa tubuh, lemak tubuh, kolesterol "jahat" atau LDL, kadar gula darah puasa, dan tekanan darah.
Dalam studi ini, ditemukan pula dua jenis intermittent fasting yang dapat membantu menurunkan berat badan secara signifikan. Salah satu di antaranya adalah metode modified alternate-day fasting, di mana satu hari makan biasa dan di hari berikutnya hanya boleh mengonsumsi 600 kalori dalam sehari.
Metode intermittent fasting yang kedua adalah "Diet 5:2". Diet ini terdiri dari lima hari dalam sepekan makan biasa dan dua hari dalam sepekan mengonsumsi 0 atau sedikit kalori. Metode diet ini dapat membantu penurunan berat badan setidaknya 6-12 bulan.
Modified alternate-day fasting juga berkaitan dengan perbaikan faktor-faktor risiko penyakit jantung selama 2-12 bulan. Faktor risiko tersebut meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan tekanan darah.
Ada dua metode intermittent fasting yang juga terbukti tidak begitu bermanfaat. Salah satu di antaranya adalah metode restriksi waktu yang melibatkan puasa 12-24 jam per hari. Metode lainnya yang juga kurang efektif adalah puasa 0 kalori setiap dua hari sekali.
Meski metode intermittent fasting tertentu terbukti bermanfaat bagi kesehatan, orang-orang yang ingin menjalani pengaturan pola makan tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Perlu diketahui pula, studi hanya berlangsung selama tiga bulan sehingga belum diketahui seperti apa dampak jangka panjang dari intermittent fasting.
"Kami masi kekurangan data untuk melihat apakah ini bekerja dalam jangka panjang. Kami melihat penurunan berat badan dan perbaikan profil metabolik, tetapi kita masih belum tahu apakah intermittent fasting bisa menurunkan risiko kematian atau kejadian kardiovaskular," ungkap ketua tim peneliti Chanthawat Patikorn dari Chulalongkorn University, seperti dilansir WebMD.
Secara umum, Patikorn mengatakan tak ada bukti bahwa intermittent fasting memberikan dampak yang buruk. Akan tetapi, pola makan seperti intermittent fasting perlu diwaspadai oleh penyandang diabetes karena intermittent fasting kerap melibatkan puasa atau tidak mengonsumsi apa pun dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat membuat penyandang diabetes berisiko mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah rendah.