Rabu 29 Dec 2021 22:03 WIB

Jerawat Juga Rentan Mengincar Wanita Usia Menopause

Wanita usia menopause mengalami fluktuasi hormonal yang bisa menimbulkan jerawat.

Rep: MGROL130/ Red: Nora Azizah
Wanita usia menopause mengalami fluktuasi hormonal yang bisa menimbulkan jerawat (Foto: ilustrasi wanita menopause)
Foto: Piqsels
Wanita usia menopause mengalami fluktuasi hormonal yang bisa menimbulkan jerawat (Foto: ilustrasi wanita menopause)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seringkali jerawat dikaitkan dengan kehidupan masa remaja. Faktanya, jerawat dapat menyerang siapa saja. 

Menurut laporan The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, sekitar 26 persen wanita berusia 31-40 tahun, dan 12 persen dari mereka yang berusia 41-50 tahun memiliki beberapa bentuk jerawat. Para ilmuwan mencatat bahwa jerawat wanita dewasa bisa disebabkan oleh fluktuasi hormonal, serta peran dari genetika, stres, diet, dan merokok. 

Baca Juga

“Hormon yang menyebabkan jenis kulit ini adalah fluktuasi esterogen dan progesterone, yang keduanya sangat bervariasi sepanjang bulan siklus menstruasi,” kata dokter kulit S Manjula Jegasothy, dilansir dari The List pada Rabu (29/12).

Dr Manjula juga menunjukkan jika estrogen, progesterone, dan hormon stres kortisol dapat mempengaruhi kadar testosterone pada wanita, yang pada gilirannya dapat menyebabkan jerawat dewasa. Oleh karena itu, pilihan pengobatan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan jerawat.

Sebagai saran, bersihkanlah wajah setiap hari, ketika pori-pori wajah terbuka, hilangkan sisa riasan, bakteri, dan kotoran lainnya. Hal ini bermanfaat bagi kulit yang rentan berjerawat. Pilihlah pembersih wajah dengan asam alfa atau beta hidroksi. Asam salisilat topikal dapat mengurangi peradangan dan kemerahan saat kulit terkelupas, catat Perpustakaan Kedokteran Nasional AS.

Hindari pembersih wajah yang keras, Dr Manjula merekomendasikan penggunaan silisilat atau asam glikolat atau pembersih probiotik. Menurutnya, probiotik topikal dapat mengembalikan keseimbangan pH kulit, melindungi dari bakteri penyebab jerawat.

Selain itu, gunakanlah tretinoin dan retinoid topikal yang dapat membantu mengobati jerawat hormonal ringan hingga sedang selama menopause. Senyawa ini dipercaya dapat menghambat peradangan seluler dan mengurangi lesi yang terlihat sambil mencegah lesi baru.

“Banyak pasien ingin segera memulai dengan tretinoin, tetapi saya menyarankan mereka untuk menggunakan formula retinoid paling tidak intens yang dapat mereka temukan, dan menggunakannya setiap malam untuk memulai, perlahan-lahan menumpuk,” kata dokter spesialis kulit Tina Alster.

Namun, retonoid topikal tidak cocok untuk semua jenis kulit dan mungkin tidak aman untuk wanita hamil karena senyawa ini dapat menyebabkan iritasi dan bukan pilihan terbaik bagi kulit sensitif. Untuk pemula, gunakan retinoid topikal setiap hari selama 2-4 pekan pertama pengobatan. Biarkan selama 30-60 menit, lalu bilas (sesuai Dermatologi dan Terapi).

"Produk tersebut dapat meningkatkan sensitivitas kulit terhadap matahari, serta dianjurkan untuk menggunakannya pada waktu tidur dan memakai tabir surya di siang hari," kata Dr Alster. 

Beberapa dokter lain meresepkan kontrasepsi oral dan jenis terapi hormonal lainnya untuk jerawat parah. Perawatan yang paling efektif ialah fokus dalam memperbaiki ketidakseimbangan hormon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement