REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Indonesia memiliki potensi (modal dasar) pembangunan yang sangat besar dan lengkap untuk menjadi negara-bangsa yang maju, adil-makmur, dan berdaulat.
Namun, karena belum ada Peta Jalan Pembangunan Bangsa (Nasional) yang komprehensif dan benar serta dilaksanakan secara berkesinambungan, kualitas SDM relatif rendah, dan defisit kepemimpinan (nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan desa). Maka, sudah 76 tahun merdeka, Indonesia masih sebagai lower-middle income country, belum sebagai negara yang maju, adil-makmur, dan berdaulat sebagaimana cita-cita kemerdekaan RI.
Hal itu ditegaskan oleh Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS saat memberikan Kuliah Umum (Studium Generale) Universitas Tadulako di Hotel Best Western, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (3/1).
Menurut Prof Rokhmin, secara ekonomi, Indonesia Emas 2045 akan terwujud, bila Indonesia mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata lebih 7 persen per tahun), berkualitas (menyerap banyak tenaga kerja), inklusif (mensejahterakan seluruh rakyat secara adil), ramah lingkungan, dan berkelanjutan (sustainable).
“Selain kebijakan pemerintah yang benar dan tepat, infrastruktur yang mumpuni, dan iklim investasi dan kemudahan berbisnis (ease of doing business) yang kondusif; SDM unggul dan kapasitas inovasi merupakan kunci utama untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujar Prof Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menegaskan, perguruan tinggi (PT) memegang peran yang paling sentral dan strategis dalam membangun SDM unggul dan kapasitas inovasi bangsa Indonesia. Untuk itu, PT harus terus meningkatkan kapasitasnya (menjadi a World Class University) untuk menghasilkan tiga output utamanya/Tri Darma: lulusan SDM unggul, invensi dan inovasi, dan pengabdian kepada masyarakat yang menyejahterakan.
“Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam membangun SDM Indonesia dengan karakter produktif, inovatif, kolaboratif, ber-Imtaq, beretos kerja unggul (kerja keras, disiplin, dan menyumbangkan kemampuan terbaiknya), dan berakhlak mulia (jujur, amanah, fathonah, sabar, ikhlas, dan berorientasi akhirat),” paparnya.
Selain itu, kata Rokhmin, menghasilkan penelitian yang: (1) berupa prototipe (invention) dan mendapat hak paten yang siap diindustrikan (hilirisasi) menjadi inovasi teknologi maupun non-teknologi yang memenuhi kebutuhan (pasar) domestik maupun ekspor (global); (2) berupa informasi ilmiah sebagai dasar dalam proses perencanaan dan implementasi pembangunan; dan (3) yang dapat dipublikasikan Jurnal Ilmiah ternama, baik nasional maupun internasional.
“Tidak kalah pentingnya, mengembangkan pengabdian yang mampu memberdayakan ekonomi, kesejahteraan, dan martabat masyarakat; dan membantu pemerintah daerah untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya,” ujar Prof Rokhmin Dahuri.