Selasa 04 Jan 2022 21:10 WIB

Saatnya Penulis Menjadi Selebgram

Penulis harus mempublikasikan karyanya supaya dikenal pembaca

Novelis Asma Nadia berpose untuk Harian Republika di sela-sela kegiatan Workhsop Kepenulisan pada gelaran Festival Republik 2019, di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Ahad (29/12).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Novelis Asma Nadia berpose untuk Harian Republika di sela-sela kegiatan Workhsop Kepenulisan pada gelaran Festival Republik 2019, di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Ahad (29/12).

Oleh : Sariningsih (Leguty Media)

 

REPUBLIKA.CO.ID, Saya beberapa kali mendapatkan curhatan dari penulis yang merasa tidak mampu untuk mempublikasikan karyanya. Kesulitan untuk promosi dan menjual buku karyanya. Ya … mempublikasikan buku memang bukan perkara mudah. 

Saya harus bilang kalau penulis harus bisa jadi ‘selebgram’ untuk mempublikasikan karyanya supaya karyanya dikenal dan dapat tempat di hati pembaca. Aktif di medsos seperti selebgram, rajin membuat postingan dan aktif menyapa teman-temannya supaya buku kita menjadi dikenal.

Menjadi penulis zaman sekarang tidak hanya dituntut kreatif memikirkan karya yang bagus tapi harus bisa mempublikasikan karyanya. Kalau perlu ajak banyak orang untuk mendiskusikan cara publikasi yang menarik. Ide-ide segar akan menambah mood kita untuk berjalan. Ingat kata Eyang Habibie, "Dalam hidup ini saya memiliki mental seperti orang yang bermain sepeda, bila saya tidak mengayuh sepeda maka saya akan jatuh, jika saya berhenti bekerja maka saya mati." Jadi penulis harus terus bergerak dan mengasah kreativitasnya.

Menurut analisa saya,  ada beberapa alasan kenapa buku yang sudah ditulis belum maksimal penjualannya. Masalah yang paling sering terjadi adalah penulis  tidak mempunyai banyak teman dan tidak punya banyak relasi. Faktanya relasi dan pertemanan itu bisa dibangun. Bisa dengan bergabung di komunitas, bisa dengan membangun interaksi aktif di medsos. Membuat kuis interaktif, membuat pertanyaan menarik, membuat tulisan yang menghipnotis, atau bagi-bagi give away juga boleh.

Jangan menyerah para penulis baru, semuanya butuh proses. Seorang penulis senior yang saya kenal, sudah menulis 38 buku dan bukunya pernah difilmkan pun masih berusaha untuk melakukan publikasi karya-karyanya. Ia membuat kelas-kelas sharing gratis, membagikan hadiah masker untuk pembacanya, bahkan memberikan pelatihan gratis bagi pemesanan bukunya. Nah, kalau penulis senior saja effort-nya seperti itu, artinya penulis baru, harus lebih semangat lagi untuk mempublikasikan karyanya.

Tren yang sedang terjadi sekarang ini, penulis memilih mencetak bukunya secara mandiri. Penulis tidak lagi mengandalkan penerbit mayor, beberapa memilih untuk menerbitkan bukunya sendiri dan buat planning terkait dengan publikasi bukunya. Dan ternyata dengan menjadi ‘’selebgram’ yang secara aktif mempromosikan bukunya, banyak yang mampu untuk menjual karyanya dalam jumlah ribuan pcs. Tidak hanya novel atau buku motivasi, buku anak juga demikian bisa sukses memikat hati pembaca.

Jadi percayalah ada banyak jalan menuju ke Roma. Ada ratusan cara untuk mendapatkan kesuksesan menerbitkan buku. Lakukan publikasi dengan konsisten, supaya brand image seorang penulis melekat pada diri. Kalau sudah terbentuk, jangan lupa untuk berbagi ilmu, berbagi pengalaman, banyak belajar tentang hal baru yang bisa menambah skill kita yang bisa dijadikan bahan untuk menguatkan bahwa kita penulis yang bertalenta.

Contohnya seperti belajar untuk mendongeng kalau itu buku untuk anak. Nanti kita bisa membuka kelas untuk mendongeng dari buku yang ditulis. Atau menambah bonus, misal membuat video animasi yang berhubungan dengan buku kita. Jadi misal ketika membeli buku akan ada bonus tips mendongeng asik bersama penulisnya. 

Kalau itu buku yang sifatnya edukasi seperti parenting, sains dan lainnya. Bisa diikuti dengan webinar menarik dengan tema parenting. Kalau sains misal membuat peragaan sains. Apa saja untuk memberikan value pada buku kita. Ternyata kita juga bisa membuat tim reseller buku. Jadi kita nanti berbagi keuntungan dengan tim reseller. Misal dari kita membuat harga buku 100.000 untuk reseller harganya 80.000, jadi 20.000 per pcs untuk reseller. Wow … banget kan?

Belajar menganalisa dari penulis-penulis terkenal, bagaimana mereka mempublikasikan bukunya. Membuat bedah buku ke radio atau memuat artikel di koran atau website juga akan meningkatkan penasaran  pembacanya. Segala macam testimoni positif juga bisa kita jadikan status di medsos. Itu bisa berdampak pada tingkat kepercayaan calon pembaca buku yang ditulis. Oh ya endorse, boleh juga dijadikan pilihan. Endorse tidak harus diberikan di kalangan artis tapi bisa juga kepada tokoh masyarakat dan orang-orang kompeten yang berhubungan dengan buku yang sedang kita promosikan.

Jadi jangan pernah menyerah, terus berkarya, lakukan evaluasi, menulis lagi, nanti akan menemukan ritme yang tepat untuk kamu. Menjadi ‘selebgram’ untuk publikasi karya bukan lagi hal yang mustahil dilakukan demi untuk menyukseskan promosi buku kita. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement