Oleh : Andri Saubani, Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, 31 Desember 2022. Asnawi Mangkualam, kapten timnas mengangkat trofi juara Piala AFF di Stadion Rajamangala, Bangkok, Thailand. Skuad Garuda menunaikan pembalasan dendam setelah setahun sebelumnya dibantai di partai final edisi AFF 2020 oleh Chanatip Songkrasin dkk.
Kali ini, Indonesia juara lewat dua leg sama kuat nan menegangkan yang pemenangnya mesti ditentukan lewat keunggulan agregat gol.
Materi tim asuhan Shin Tae-yong pada Piala AFF 2022 terbilang sama seperti saat menjadi runner-up setahun sebelumnya, kecuali di posisi striker yang kali ini ketambahan Bagus Kahfi yang sempat tersisihkan lantaran cedera panjang dan kurangnya menit bermain di Utrecht FC. Namun, di Piala AFF 2022, Bagus membayar kepercayaan Shin dengan menjadi striker hasus gol yang berujung predikat top skorer turnamen.
Berbeda dengan kondisi tahun lalu, skuad Shin Tae-yong saat ini banyak diisi ‘legiun asing’. Bukan pemain naturalisasi maksudnya, melainkan Asnawi, Bagus, Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Pratama Arhan, Alfreada Dewangga, Ricky Kambuaya, Elkan Baggott, Sarian Abimanyu, semuanya berkarier di luar negeri dari Asia sampai Eropa. Ada peran Shin dalam melobi klub-klub di Korea Selatan untuk beberapa pemain yang direkomendasikannya.
Shin memang mendorong para pemainnya untuk bermain di luar negeri, berani keluar dari zona nyaman, mencari pengalaman dan tantangan di level kompetisi yang lebih tinggi. Seusai Piala AFF 2020, Shin pernah bilang bahwa, tidak mudah menaikkan level timnas Indonesia jika liga domestik tidak mendukung. Shin melempar kritik atas performa dan tempo permainan liga domestik, yang menurut Shin, harus dipercepat.
Akibat semakin banyaknya pemain timnas yang berkarier di luar negeri, Asnawi dkk tahun ini terlihat lebih siap dari segi mentalitas, hal yang paling terlihat kurang pada final AFF 2020, khusus leg pertama. Mental kuat para pemain juga tercermin dari beberapa kali timnas Indonesia berhasil kembali dari ketertinggalan dan berbalik unggul mulai dari laga penyisahan, semifinal hingga di final. Puncaknya pada leg kedua final yang berakhir 3-3 setelah Indonesia sebelumnya tiga kali kebobolan duluan.
2022 pun menjadi tahun panen prestasi bagi timnas Indonesia. Sebelum Piala AFF, timnas di tingkat yunior yang notabene juga diisi oleh para pemain yang bermain di level senior, sukses menjuarai Piala AFF U-23 pada Februari, medali emas SEA Games 2021 pada Mei, dan berhasil lolos ke Piala Asia 2023 pada Juni.
............
Kejayaan timnas Indonesia yang saya ulas di enam paragraf di atas hanyalah karangan semata. Prediksi yang mungkin kelewat optimistis, tapi tentunya bukan hal yang mustahil jika merujuk pada apa yang telah Shin Tae-yong racik untuk skuad Garuda sejauh ini sejak dikontrak PSSI pada 2019.
Diproyeksikan untuk mengampu timnas yunior untuk Piala Dunia U-20 pada 2021, Shin sejak awal fokus menyeleksi dan melatih skuat Garuda Muda. Namun, kondisi pandemi sepertinya membuat program Shin berantakan, ditambah lagi PSSI juga membebaninya untuk juga merangkap melatih timnas senior.
Lantaran telanjur intens dengan para pemain timnas di level usia di bawah 23 tahun, secara mengejutkan, Shin mengambil keputusan radikal untuk menguji coba mereka di panggung Piala AFF 2020 yang adalah turnamen level senior di kawasan. Asnawi dkk pun menjadi skuad dengan rata-rata umur termuda di Singapura dengan beberapa tambahan pemain senior seperti Fakhrudin, Victor Igbonefo, hingga Evan Dimas.
Laju timnas Indonesia di Piala AFF 2020 sampai ke final pun mengejutkan tim-tim lawan. Meski didominasi pemain muda yang energik dan berstamina prima, skuad Garuda tampil trengginas di setiap laga dan menjadi tim paling produktif dengan koleksi total 20 gol meski para strikernya terbilang 'mandul'.
Sama seperti Luis Milla pendahulunya, Shin mengaku kesulitan mendapatkan striker yang tajam dan haus gol untuk lini depan timnas. Masalahnya juga sama seperti dulu, klub-klub di Liga 1 Indonesia lebih suka menggunakan jasa striker asing ketimbang memberikan banyak menit bermain untuk ujung tombak lokal.
Hasil Piala AFF 2020 menjadi tolok ukur harapan baru bagi sepak bola Indonesia. Shin telah membangun fondasi kokoh timnas Indonesia untuk 5 bahkan 10 tahun ke depan.
PSSI harus percaya pada proses, itulah syarat dan ketentuan utamanya demi kegemilangan timnas Indonesia. Klise, tapi harus ditempuh oleh federasi dengan tidak lagi mengulang-ulang kesalahan terdahulu yang inginnya serba instan; pelatih timnas pasti dipecat atau kontrak tidak diperpanjang jika skuad Garuda gagal segera berprestasi. Apalagi, Shin bilang, performa timnas Indonesia yang berlaga di Piala AFF 2020 baru 60-70 persen dari level yang dia inginkan.
“Saya dengan berani memilih para pemain muda dan pada pemain tim nasional yang ada untuk perubahan generasi dan gaya sepak bola yang saya inginkan,” begitu kata Shin.
Semoga apa yang diinginkan Shin bisa terwujud dalam setahun ke depan. Memimpin timnas pada turnamen besar, yakni Piala Asia U-23 dan Piala Dunia U-20 pada 2023 akan menjadi pembuktian terbesar Shin untuk Indonesia.
*penulis adalah jurnalis Republika.