REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menanggapi klaim Siprus tentang adanya deltacron, varian baru dari SARS-CoV-2 yang merupakan gabungan dari strain delta dan omicron. Menurut sejumlah ahli, hal itu hampir tidak mungkin terjadi.
Pakar Covid-19 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Krutika Kuppali, mengatakan bahwa deltacron tidak nyata. Ia mengungkapkan bahwa kemungkinan ini hanyalah hasil kontaminasi di laboratorium dari fragmen urutan omicron dalam spesimen delta.
Sementara itu, ahli virologi di Imperial College, Tom Peacock, juga mengatakan bahwa deltacron tidak nyata. Ia menyebut bahwa ini tidak sesuai dengan kriteria dari varian baru.
Tanggapan dari komunitas ilmiah datang setelah Leondios Kostrikis, profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, mengatakan timnya telah menemukan 25 sampel Covid-19 yang tampaknya adalah gabungan dari strain delta dan omicron. Ia mengatakan bahwa saat ini ada koinfeksi omicron dan delta, dengan kelompok peneliti menemukan jenis ini merupakan kombinasi dari kedua varian.
Peacock menanggapi klaim Kostrikis dengan mengatakan bahwa urutan deltacron di Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi. Ia menyebut itu tidak mengelompok pada pohon filogenetik dan memiliki seluruh pengurutan primer Artic dari potongan DNA/RNA omicron di sisi lain tulang belakang delta.
"Sekuens delta dengan mutasi aneh di amplikon 72 telah muncul selama berabad-abad (misalnya penyisipan delta + mu NTD) namun, mereka selalu menunjukkan pola non-monofiletik ini dan hampir selalu lebih mudah dijelaskan oleh masalah primer ini yang memperburuk pencemaran tingkat sangat rendah," kata Peacock dalam tulisan yang diunggah di jejaring sosial Twitter.
Pakar kesehatan global, Boghuma Kabisen Titanji juga mengatakan di Twitter bahwa informasi yang tersedia saat ini menunjukkan kontaminasi sampel bertentangan dengan rekombinasi sejati varian delta dan omicron. Ia menambahkan hal terbaik yang dapat dilakukan adalah memastikan bahwa vaksin Covid-19 tersedia untuk semua orang dan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus.