REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang dibuat untuk menyejahterakan guru honorer, membuat masalah baru. Ini yang terjadi di salah satu sekolah swasta, yaitu Global Islamic School (GIS) yang terletak di Jalan Condet Raya No.5, Jakarta Timur.
Pihak sekolah harus kehilangan puluhan guru karena mengikuti seleksi PPPK. Kepala Bagian Humas GIS, Nurul Huda, mengatakan, guru-guru tersebut bukan dipecat melainkan undur diri dari jabatannya.
“Pemilik sekolah tidak memiliki prinsip memecat orang. Bahkan, semua karyawan yang performanya kurang, kami tidak langsung pecat atau dirumahkan. Kami beri mereka pelatihan atau dipindahkan ke divisi lain,” kata Nurul di GIS kepada Republika.co.id, Senin (10/1/2022).
Nurul menyebut, GIS tidak membatasi kesempatan berkarya para guru. Namun, mereka harus mematuhi ketentuan yang berlaku selama bekerja di GIS, salah satunya adalah tidak mengikuti tes penerimaan karyawan, baik di instansi negeri maupun swasta lain.
Ketentuan ini, sudah tercantum dalam perjanjian terkait pemutusan hubungan kerja. Para guru boleh mengikuti PPPK atau program pendaftaran lain tetapi harus paham akan konsekuensinya.
Selain itu, pihak sekolah juga menyayangkan perlakuan para guru yang tidak memberitahu kabar ini sejak awal. Sebab, ini membuat pihak sekolah harus mencari pengganti guru lain dalam waktu dekat.
“Kalau mau undur diri, seharusnya sebulan sebelumnya sudah memberi tahu. Ini bertujuan agar pihak sekolah dapat melakukan rekrutmen karena kami mau menjaga kualitas pembelajaran GIS. Kalau kurang dari sebulan takutnya terburu-buru,” ujar dia.