REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 1971, astronaut Apollo 14 membawa pulang berbagai mineral dan sampel batuan dari perjalanan singkat mereka ke Bulan. Selama beberapa dekade, batuan bulan ini tetap tersimpan. Batuan ini kadang diamati oleh para peneliti yang ingin mencoba teknik baru untuk mempelajari lebih lanjut tentang geokimia bulan.
Bayangkan betepa terkejutnya para ilmuwan yang pada tahun 2019 menemukan bahwa batuan tersebut merupakan berasal dari daratan. Batuan itu mungkin saja batu tertua di Bumi yang ditemukan sejauh ini.
Batu bulan ini memiliki latar belakang yang cukup. Menurut tim peneliti internasional, potongan dua gram kuarsa, feldspar, dan zircon ditemukan tertanam di batu yang lebih besar yang disebut Big Bertha. Kombinasi mineral ini seharusnya tidak ditemukan di Bulan tetapi cukup umum di Bumi.
Kuarsa dan zircon terbentuk dalam sistem teroksidasi seperti Bumi, di lingkungan suhu dan tekanan tinggi yang dialami jauh di bawah kerak planet. Karena zircon mengandung uranium, yang waktu paruhnya dapat diprediksi, tim peneliti internasional dapat dengan yakin menentukan umur batu tersebut sekitar empat hingga 4,1 miliar tahun yang lalu, sesuai dengan Hadean Eon dari sejarah geologis Bumi.
Mereka juga menentukan, berdasarkan sifat geokimia sampel, bahwa itu pasti terbentuk pada kedalaman sekitar 20 km di bawah permukaan bumi. Jadi bagaimana itu bisa berada di Bulan?
Dilansir dari ZME Science, Selasa (11/1/2022), penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa dampak asteroid besar melemparkan mineral yang berjalan ini ke luar angkasa dan akhirnya menabrak Bulan, satelit alami Bumi.
Sebagai permulaan, Bulan sekitar tiga kali lebih dekat ke Bumi daripada sekarang. Sekitar empat miliar tahun yang lalu, planet ini secara teratur dibombardir oleh benda-benda kosmik dari segala bentuk dan ukuran, beberapa bertanggung jawab untuk menghasilkan kawah dengan diameter ribuan kilometer di Bumi.