REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pasien wanita, hasil operasi akan cenderung jauh lebih baik ketika pembedahan sekaligus perawatan dilakukan oleh ahli bedah yang juga wanita. Hal itu terungkap dalam penelitian terbaru di Kanada, seperti dikutip dari laman Science Alert, Selasa (11/1/2022).
Data ini didasarkan pada lebih dari 1,3 juta pasien yang menjalani salah satu dari 21 operasi elektif umum di Ontario, Kanada, antara 2007 dan 2019. Secara keseluruhan, analisis menunjukkan bahwa ketika seorang ahli bedah pria merawat pasien wanita, pasien tersebut 16 persen lebih mungkin mengalami komplikasi, 20 persen berpotensi tinggal di rumah sakit lebih lama, dan 32 persen kemungkinan meninggal. Kondisi tersebut dibandingkan jika mereka dirawat oleh ahli bedah wanita, kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut jauh lebih kecil.
Di sisi lain, pasien pria yang dirawat oleh ahli bedah wanita hanya dua persen lebih mungkin mengalami komplikasi. Selain itu, 13 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dibandingkan jika mereka dirawat ahli bedah pria.
Alasan yang mendasari atau perbedaan dalam perawatan ini masih belum jelas. Hanya saja, ini bukan pertama kalinya sebuah penelitian menemukan bahwa jenis kelamin pasien dapat memengaruhi cara dokter mereka memberikan perawatan. Pada 2018, pasien wanita di rumah sakit Florida yang mencari perawatan untuk serangan jantung, ditemukan memiliki angka kematian lebih tinggi ketika dirawat oleh dokter pria.
Sebagai perbandingan, dokter wanita memiliki hasil yang lebih konsisten tidak peduli apakah pasien mereka laki-laki atau perempuan.
Menariknya, ahli bedah laki-laki yang lebih banyak berhubungan dengan dokter perempuan dan pasien perempuan, memiliki hasil lebih baik untuk perempuan.
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa dokter wanita meresepkan tes tindak lanjut dan obat-obatan yang berbeda dibandingkan dengan dokter pria, dan mereka lebih mendengarkan pasien. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan faktor yang paling mempengaruhi hasil sehingga bisa mulai memperbaiki bias ke depannya.
"Ahli bedah kemungkinan percaya bahwa mereka memberikan kualitas perawatan yang sama kepada pasien terlepas dari identitasnya," demikian komentar ahli bedah Amalia Cochran dan Andrea Riner dari University of Florida College of Medicine.
Namun, menurut ahli, data ini menggarisbawahi fenomena yang kurang dihargai dan menyoroti dampak bias implisit yang terukur. Metrik hasil ahli bedah berkaitan dengan identitas pasien harus dikembangkan dan dimasukkan ke dalam tinjauan kinerja. Pakar medis juga dapat lebih terlatih untuk meningkatkan perawatan dan komunikasi mereka dengan pasien, terutama bagi yang memiliki identitas berbeda dari mereka sendiri, menurut Cochran dan Riner.
Sebagian besar temuan hingga saat ini menunjukkan pasien umumnya lebih baik di tangan ahli bedah dan dokter wanita. Perbedaan gender yang signifikan dalam profesi ini berarti banyak pasien tidak pernah bisa membuat pilihan itu.