Rabu 12 Jan 2022 07:34 WIB

Bayi di Inggris Pakai Helm 23 Jam per Hari, Idap Sindrom Kepala Datar

Kepala bayi bernama Sebby tampak rata di bagian belakang pada satu sisi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Bayi di Inggris bernama Sebby harus memakai helm selama 23 jam per hari karena menderita sindrom kepala datar.
Foto: Tree of Hope via Wales Online
Bayi di Inggris bernama Sebby harus memakai helm selama 23 jam per hari karena menderita sindrom kepala datar.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Saat berusia dua bulan, pasangan orang tua David dan Eva di Inggris, menyadari ada yang tidak beres dengan bayi laki-laki mereka, Sebby. Mereka melihat bahwa kepala Sebby tampak rata di bagian belakang pada satu sisi, sehingga menyebabkan dahinya bergerak ke depan dan telinganya tidak sejajar.

Sebby didiagnosis dengan plagiocephaly deformasi parah pada usia dua bulan. Itu juga dikenal sebagai sindrom kepala datar, yakni suatu kondisi yang memengaruhi sekitar satu dari lima bayi.

Baca Juga

Kondisi ini biasanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak memiliki efek pada otak, dan bentuk kepala akan sering membaik dengan sendirinya seiring waktu.

Namun, seiring bertambahnya usia Sebby, kondisinya menjadi semakin terlihat. David dan Eva mulai khawatir tentang efek psikologis yang mungkin terjadi pada putra mereka pada kemudian hari.

Alhasil, pihak keluarga berobat ke swasta dan penilaian awal disebutkan bahwa kondisi Sebby berada di "zona merah" atau berarti cukup parah. Keputusan pun dilakukan dengan memakaikan helmet atau penutup kepala kepada Sebby. 

Helm biasanya dipakai 23 jam sehari. Itu sekaligus menjadi perawatan yang menghabiskan biaya sekitar 2.500 poundsterling (Rp 48 juta) dan bisa memakan waktu dua hingga lima bulan agar terlihat hasilnya.

Idealnya, perawatan harus dilakukan secara penuh sebelum usia sembilan bulan ketika tengkorak menjadi lebih kuat dan sulit untuk dibentuk. Keluarga tahu bahwa helm mungkin tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, tetapi mereka berharap ini akan menjadi perbaikan besar.

David mengatakan mereka adalah orang tua yang bertanggung jawab dan tidak merasa bahwa hal yang benar adalah "menunggu dan melihat" seperti yang sudah diketahui dalam kasus ini. Dia tahu kondisi anaknya akan membaik, tetapi masih tetap di zona merah dan akan tetap terlihat selama sisa hidup mereka.

"Itu bisa memiliki dampak psikologis yang sangat besar pada kualitas hidup,” kata David, seperti dilansir di laman Metro.co.uk Rabu (12/1/2022).

Sebby, yang sekarang berusia tujuh bulan, telah sepenuhnya beradaptasi dengan penampilan barunya meskipun sudah mulai lebih sadar akan hal itu. Dia memiliki rambut yang cukup panjang saat ini dan terkadang bisa berkeringat.

David pun harus sering mencukur rambut itu karena helm dipakai hampir sepanjang hari. Setiap hari adalah hari yang berbeda, tetapi helm jelas harus dilepas ketika mandi atau saat rambutnya mengering.

“Pada awalnya dia benar-benar baik-baik saja, tetapi saat dia tumbuh dan, pada usia hampir tujuh bulan, dia lebih sadar akan sekelilingnya dan lebih sadar akan helmnya,” ujar David.

Misalnya, terkadang ketika bermain, Sebby mungkin menyentuh dan menggaruk helm, bukan kepalanya. Dia kadang-kadang bisa menjadi sangat panik atau sedikit gugup tentang hal itu. Jadi helm akan dilepas sebentar dan kemudian dipakaikan kembali. 

David dan Eva sekarang telah membuat halaman penggalangan dana untuk melanjutkan perawatan Sebby. Keduanya menekankan bahwa setiap sen berharga saat mereka terus mencari "cahaya di ujung terowongan".

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement