REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana
Tiba-tiba saja Marwah Lathifah memblokir nomor HP Abdul Malik. Padahal Marwah baru berkenalan dengan Malik beberapa hari lalu selepas shalat shalat Zhuhur di masjid kantor tersebut.
Di gedung itu ada puluhan kantor. Marwah bekerja di salah satu kantor bank syariah. Sedangkan Malik bekerja di salah satu kantor asuransi syariah.
Gedung itu dilengkapi dengan masjid yang tiap hari dipakai shalat ratusan karyawan dan tiap pekan dipakai shalat Jumat. Malik merupakan imam tetap di masjid tersebut.
Suaranya sangat merdu. Mirip suara Syekh Abdurrahman Al-Ausy, imam Masjidil Haram favorit Marwah. Marwah sering menyetel bacaan murottal Syekh Abdurrahman Al-Ausy pada malam hari.
Sejujurnya, ada rasa penyesalan dan kekhawatiran di hati Marwah sesuai dia memblokir nomor WA Malik.
“Banyak gadis muda yang bekerja di gedung ini berharap bisa berjodoh dengan Malik. Orangnya ganteng dan baik. Lebih dari itu, ia seorang hafizh dan imam. Kata orang-orang tua, kalau kamu ingin memperbaiki keturunan, bukan cari orang yang ganteng dan kaya. Tapi carilah orang yang hafal Quran. Insya Allah anak keturunanmu lebih baik dari kamu. Tapi, kamu malah memblokir dia,” kata Azizah, teman sekantornya.
“Aku punya alasan, Zizah,” kata Marwah seraya merapikan kerudung kuningnya yang diterpa angin.
“Itu pilihanmu. Semoga engkau tidak menyesalinya kelak,” kata Azizah.
Marwah hanya tertunduk. Ya Allah, Engkau lebih tahu apa yang ada di hatiku, katanya dalam hati. (Bersambung)