REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Italia menjadi salah satu negara di Eropa yang cukup tegas dalam menindak warganya yang enggan divaksinasi Covid-19. Sejak Oktober 2021, semua karyawan harus divaksinasi atau menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 sebelum memasuki tempat kerja, jika tidak maka dia akan ditangguhkan dari pekerjaannya.
Hanya saja, aturan ini tak memberi efek jera bagi kelompok antivaxxer alias mereka yang tidak percaya pada vaksin. Misalnya, satu restoran di Italia dilaporkan mematok biaya 150 dolar AS untuk memfasilitasi kelompok antivax makan malam dengan orang yang positif Covid-19.
Mereka melakukannya dengan harapan bisa tertular Covid-19 dan mendapatkan antibodi secara alami. Dengan begitu, mereka terhindar dari kewajiban vaksinasi.
Dasar pemikirannya mirip dengan "pesta cacar". Banyak orang mengira, ketika satu anak terkena cacar air, maka anak lain lebih baik ditularkan sekalian.
Padahal, cacar termasuk penyakit yang bisa dihindari dan tidak semua orang pasti akan kena cacar seumur hidupnya. Lagi pula, ada vaksin varicella yang bisa diberikan.
Lalu bagaimana ahli menyikapi fenomena ini? Profesor kedokteran dan penyakit menular di Mayo Clinic College of Medicine and Science, Greg Poland, menegaskan bahwa apa yang dilakukan di restoran Italia itu adalah ide yang sangat buruk.
"Gagasan untuk secara sengaja mendapatkan Covid-19 (untuk membentuk kekebalan) juga merupakan alasan yang salah," kata Poland, seperti dilansir WebMD, Senin (17/1/2022).
Poland menilai, mereka tidak betul-betul paham bagaimana risiko yang mungkin terjadi ketika terinfeksi Covid-19. Apalagi, selama ini banyak laporan studi yang mengungkap bahwa gejala yang ditimbulkan omicron lebih ringan dibandingkan dengan varian delta.
"Jika Anda tidak divaksinasi atau dosis vaksinasinya belum lengkap, lalu terinfeksi SARS-CoV-2 varian omicron, mungkin Anda pikir tubuh Anda akan lebih baik, padahal Anda masih bisa sakit parah dan meninggal," jelasnya.
Poland kemudian meluruskan soal asumsi kelompok antivax tentang kekebalan alami yang akan didapat setelah ketularan Covid-19. Mereka pikir bahwa kekebalan alami tidak akan menimbulkan konsekuensi negatif dan keluhan kesehatannya tak akan bertahan lama.
"Itu hanya asumsi mereka," tutur dia.
Kepala divisi penyakit menular dan ahli epidemiologi rumah sakit Mount Sinai South Nassau di Oceanside AS, Aaron Glatt, juga sepakat bahwa gagasan "mengcovidkan" diri adalah tindakan berbahaya.
"Saya pasti tidak akan merekomendasikan orang keluar dan mencoba mendapatkan omicron. Jika seseorang terinfeksi dan pulih dan bekerja dengan baik, itu akan meningkatkan kekebalan dari infeksi apapun. Tapi itu berarti Anda harus sakit, dan itu bukan ide yang baik," tegas Glatt.