Selasa 18 Jan 2022 11:42 WIB

Cerita Mendebarkan Tiga Jam Mengawal Translokasi 5 Harimau Sumatra

Lima harimau sumatera dipindahkan menggunakan pesawat tanpa dibius.

Translokasi lima harimau sumatera dan satu buaya lewat pesawat tanpa dibius.
Foto: Artha Graha Peduli
Translokasi lima harimau sumatera dan satu buaya lewat pesawat tanpa dibius.

Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli

REPUBLIKA.CO.ID, Derungan Hercules sudah 30 menit meraung-raung di pagi  buta. Sekitar 20 meter dari Hercules milik TNI AU, ada gestur lima harimau cemas di lima kandang yang pas ukuran seekor harimau. Sorot matanya tajam mengawasi petugas yang hilir mudik di landasan.

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu sedang diperkenalkan pada gaung mesin Hercules. Bersamaan lima harimau (empat jantan dan satu betina) berkonflik dengan manusia, ikut serta satu Buaya Muara (Crocodylus porosus).

Burung besi itu siap menerbangkan harimau dan buaya dari bandara udara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar ke Kampung Pengekahan, Desa Way Haru, Kecamatan Bangkunat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung pada Juni 2008. Tim Tambling Wildlife Nature Conservation atau disingkat (TWNC) dan lain-lain mengawal penerbangan bersejarah. Pasalnya, harimau tersebut tidak dibius selama penerbangan.

Sebelum kandang itu diusung ke perut burung besi itu, harimau tersebut diajak mendengarkan desingan mesin Hercules selama 30 menit agar tidak panik dalam lambung pesawat selama tiga jam lebih. Di dalam Hercules, saya, tim dokter hewan dan lain-lain duduk saling berhadapan dengan lima harimau dan satu buaya. Syukurlah selama di penerbangan, mereka itu tidak berulah.

Dalam dunia penyayang harimau, translokasi harimau sumatera dari Aceh ke Lampung yang merupakan kerja sama kompak yang dirajut Artha Graha Peduli, Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) Lampung, Departemen Kehutanan, dan Forum Kerjasama Harimau Sumatera, mungkin merupakan penerbangan terlama pertama di dunia bagi harimau. Penerbangan yang mendebarkan jantung tim TWNC berakhir ketika roda depan hercules mencium landasan bandara udara Raden Inten Lampung. Lalu ganti pesawat dari Hercules ke pesawat Casa take off ke Tampang-Belimbing (Tambling) untuk dikarantina beberapa hari lalu dilepasliarkan ke habitatnya.

Satwa-satwa itu dipindahkan dalam tiga shift. Pemindahan itu disponsori oleh Taman Safari Indonesia dan Artha Graha Peduli.

Translokasi harimau sumatera dengan penerbangan panjang akan menjadi catatan tersendiri bagi pengamat satwa liar. Sebab sebelumnya, Indonesia belum pernah melakukan melakukan translokasi harimau sumatera melalui udara dengan waktu yang lama. Sebelum dilepasliarkan, lima harimau diadaptasi dan direhabilitasi selama dua pekan untuk pemulihan, serta menghuni sementara areal karantina di hutan TNBBS. Kemudian di leher harimau-harimau tersebut dipasang alat deteksi posisi berteknologi satelit (Global Positioning Satellite/GPS collar) untuk memudahkan pemantauan setelah dilepasliarkan.

Tomy Winata, pendiri Artha Graha Peduli (AGP), melalui TWNC berkolaborasi dengan TNBBS, BKSDA Bengkulu serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkomitmen untuk menjaga keseimbangan alam di wilayah Tambling di Kabupaten Pesisir Barat. Mengupayakan dukungan untuk dapat menjaga kelestarian, keaslian habitat hutan setempat di kawasan hutan TNBBS, Tambling.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement