Selasa 18 Jan 2022 16:28 WIB

Studi: Pasien Covid-19 Alami Kerusakan Otak Lebih Banyak dari Alzheimer

Ada kerusakan otak signifikan yang dialami pasien Covid-19 dengan neurologis.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Ada kerusakan otak signifikan yang dialami pasien Covid-19 dengan neurologis.
Foto: www.freepik.com.
Ada kerusakan otak signifikan yang dialami pasien Covid-19 dengan neurologis.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah studi baru menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan. Seorang pasien lansia yang tertular Covid-19 ternyata mengalami kerusakan otak lebih banyak daripada orang yang mengembangkan penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer. Studi ini diterbitkan dalam Alzheimer's & Dementia: The Journal of the Alzheimer's Association. 

Secara khusus, tim dari NYU Grossman School of Medicine menemukan tingkat protein darah tertentu yang secara signifikan lebih tinggi meningkat ketika seseorang menderita kerusakan neurologis pada pasien Covid-19. Para peneliti mengatakan, selama infeksi jangka pendek, tujuh penanda kerusakan otak terasa lebih tinggi di antara pasien Covid-19 daripada pasien non-covid dengan Alzheimer. 

Baca Juga

“Temuan kami menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, dan terutama pada mereka yang mengalami gejala neurologis selama infeksi akut mereka, mungkin memiliki tingkat kerusakan otak lebih tinggi daripada yang terlihat pada orang yang memiliki penyakit Alzheimer tanpa terkena Covid-19,” kata penulis utama dan seorang profesor di Departemen Neurologi, Jennifer Frontera, dilansir Fox 8, Selasa (18/1/2022).

Frontera mengatakan, tanda utama kerusakan otak di antara pasien covid adalah kondisi ensefalopati metabolik toksik (TME). Gejala berkisar dari kebingungan hingga koma karena racun yang dibuat oleh sistem kekebalan yang bereaksi (sepsis), gagal ginjal, dan tidak cukup oksigen dalam jaringan.

Tim memeriksa 251 orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 selama beberapa bulan pertama pandemi pada 2020. Usia rata-rata peserta adalah 71 tahun, tetapi semuanya dalam keadaan sehat secara umum tanpa riwayat demensia atau penurunan kognitif sebelum mereka terinfeksi covid. Para peneliti memisahkan pasien ini menjadi dua kelompok, mereka yang memiliki dan tanpa gejala neurologis akibat Covid-19.

Tim membandingkan para pasien ini dengan sekelompok pasien kontrol dari kohort Clinical Core dari NYU Langone's Alzheimer's Disease Research Center. Kelompok ini merupakan bagian dari studi jangka panjang NYU tentang demensia dan melibatkan 54 orang sehat, 54 dengan penurunan kognitif ringan, dan 53 dengan penyakit Alzheimer. Tidak ada pasien kontrol yang tertular Covid-19 selama penelitian.

Hasil menunjukkan bahwa tujuh penanda kerusakan otak lebih dari 60 persen lebih tinggi di antara pasien covid dengan TME dibandingkan mereka yang tidak memiliki gejala neurologis. Kerusakan otak bahkan lebih buruk di antara kasus covid yang fatal. Hal yang mengkhawatirkan, penulis penelitian menemukan penanda kerusakan otak, bahkan lebih buruk di antara pasien yang tidak selamat dari infeksi virus corona. 

“Cedera otak traumatis yang juga dikaitkan dengan peningkatan biomarker ini, tidak berarti bahwa pasien akan mengembangkan penyakit Alzheimer atau demensia terkait di kemudian hari, tetapi meningkatkan risikonya,” ujar penulis senior dan direktur Pusat Neurologi Kognitif di NYU Langone, Thomas Wisniewski.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement