Senin 24 Jan 2022 17:51 WIB

59 Masyarakat Berpenghasilan Rendah Sulit Dapatkan Akses Internet

Kesenjangan digital terjadi karena faktor ekonomi dan rendahnya kecakapan digital.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Rajendra siswa kelas 1 SD Masjid Syuhada mengikuti pengenalan lingkungan sekolah secara daring. ilustrasi
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Rajendra siswa kelas 1 SD Masjid Syuhada mengikuti pengenalan lingkungan sekolah secara daring. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi membuat isu kesenjangan digital naik ke permukaan. Hal ini tak lepas dari sejumlah fakta yang menegaskan bahwa belum semua masyarakat di dunia memiliki akses terhadap teknologi. Tak hanya di Indonesia, disparitas digital ini juga terjadi di berbagai belahan dunia.

Hal ini pun seperti menjadi gambaran konkret dari penelitian yang di gelar oleh Rutgers University. Profesor komunikasi Rutgers University, Vikki Katz, mengatakan, dirinya dan peneliti lain melakukan dua riset pada 2015 dan 2021 untuk mendalami soal kesenjangan digital.

Baca Juga

Dari riset tersebut, terungkap kesenjangan digital bukan hanya soal ketersediaan gawai dan akses internet. Mengingat kesenjangan di gital juga muncul karena masih ada lapisan masyarakat yang belum mengakses jaringan internet yang berkualitas, baik dari segi kecepatan maupun stabilitas jaringan.

Fakta ini pun diperdalam lewat data dari Pew Research Center. Dalam riset pada April 2020, komposisi masyarakat berpenghasilan rendah yang mengalami hambatan digital adalah sebesar 59 persen. Persoalan krusial dari sekitar 30 persen responden itu, di antaranya, mencakup isu kesulitan membayar tagihan internet.