REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama gelombang varian Delta, riwayat infeksi tampak memberikan perlindungan yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan vaksinasi. Akan tetapi, vaksinasi tetap menjadi opsi yang paling aman dalam melindungi diri di tengah pandemi Covid-19.
Temuan ini didasarkan pada data yang dirilis oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) serta badan-badan kesehatan di California dan New York. Data yang terkumpul berasal dair periode 30 Mei 2021 sampai 20 November 2021.
Data ini lalu menyoroti kasus Covid-19 pada awal Oktober, di mana varian Delta mulai menjadi dominan. Dalam kurun waktu tersebut di California, orang yang sudah vaksinasi dan belum pernah terkena Covid-19 memiliki tingkat infeksi 6,2 kali lebih rendah dibandingkan dengan orang yang belum vaksinasi dan belum pernah terkena Covid-19 atau tidak memiliki proteksi sama sekali.
Hal serupa juga ditemukan di New York. Di area ini, tingkat infeksi pada kelompok yang sudah vaksinasi dan belum pernah terkena Covid-19 tapak 4,5 kali lebih rendah dibandingkan kelompok yang tak memiliki proteksi sama sekali.
Gap yang lebih besar terlihat pada kelompok yang sudah pernah terkena Covid-19 namun belum vaksinasi. Di California, kelompok ini memiliki tingkat infeksi 29 kali lebih rendah dibandingkan kelompok yang tak memiliki proteksi sama sekali. Di New York, kelompok ini juga memiliki tingkat infeksi 19,8 kali lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak memiliki proteksi sama sekali.
Perlindungan yang paling optimal tampak dimiliki oleh orang-orang yang sudah vaksinasi dan pernah terkena Covid-19. Di California, kelompok ini memiliki tingkat infeksi 32,5 kali lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak memiliki proteksi sama sekali. Sedangkan di New York, kelompok ini memiliki tingkat infeksi 19,8 kali lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa proteksi sama sekali.
Tak hanya kasus infeksi, tingkat perawatan di rumah sakit juga memiliki pola yang serupa. Pada Oktober, tingkat perawatan di rumah sakit di antara orang-orang yang sudah divaksinasi namun belum pernah terkena Covid-19 tampak 19,8 kali lebih rendah dibandingkan orang yang tidak pernah vaksinasi dan tidak pernah terkena Covid-19. Pada kelompok yang sudah vaksinasi dan pernah terkena Covid-19, tingkat perawatan di rumah sakit terlihat 55,3 kali lebih rendah.
Berdasarkan data terbaru ini, riwayat infeksi mungkin tampak memberikan perlindungan yang sedikit lebih besar dibandingkan vaksinasi dalam melawan varian Delta. Akan tetapi, data ini masih memiliki beragam keterbatasan.
Salah satunya, data terbaru ini diambil sebelum program booster vaksin Covid-19 dimulai di Amerika Serikat. Data yang diambil juga hanya berasal dari dua area, yaitu New York dan California.
Di samping itu, data terbaru ini hanya memuat informasi selama gelombang varian Delta. Oleh karena itu, temuan yang didapatkan tidak bisa diterjemahkan begitu saja ke dalam situasi varian Omicron.
Dari segi keamanan, mendapatkan perlindungan dari riwayat infeksi jauh lebih berisiko dibandingkan vaksinasi. Alasannya, orang yang terinfeksi Covid-19 memiliki kemungkinan untuk mengalami gejala berat dan kondisi yang mengancam jiwa. Hingga saat ini, Covid-19 tercatat sudah menyebabkan lebih dari 5,5 juta kematian di dunia.
Di sisi lain, vaksinasi umumnya hanya memicu efek samping yang ringan seperti kelelahan, sakit kepala, demam, atau nyeri di area suntikan. Efek samping yang muncul umumnya akan membaik dalam waktu singkat. Efek samping yang berat akibat vaksinasi sangat langkat terjadi.
"Kita tahu bahwa vaksinasi adalah strategi paling aman untuk melindungi diri dari Covid-19," jelas ahli epidemiologi CDC Benjamin Silk, seperti dilansir Stat News, Selasa (25/1/2022).
Selain itu, data terbaru ini juga mengonfirmasi hal yang sudah diperkirakan sejauh ini. Bahwa, orang yang tidak vaksinasi dan tak memiliki riwayat infeksi merupakan yang paling berisiko untuk terinfeksi dan membutuhkan perawatan di rumah sakit akibat Covid-19.