REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Penggunaan sandal (upanat) khusus naik ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diujicobakan kepada sejumlah tamu. Pemakaian sandal khusus untuk naik ke Candi Borobudur ini merupakan bagian dari menjaga kelestarian candi.
"Kalau tidak ada cara-cara pencegahan, warisan dunia yang kita banggakan ini dikhawatirkan akan semakin rusak," kata Sekretaris Diputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinasi Kemaritiman dan Investasi, Rustam Efendi, pada Rabu (26/1/2022).
Dalam kunjungan tersebut, Rustam didampingi Marketing & Sales Vice President PT TWC, Pujo Suwarno; dan Kepala Balai Konservasi Borobudur, Wiwit Kasiyati. Menurut dia, sandal khusus Borobudur tersebut nyaman, ringan, dan enak dipakai, meskipun ada anyaman pandannya, tetapi tetap lembut.
Rustam mengatakan, sandal khusus Borobudur ini diproduksi masyarakat lokal dan hal ini merupakan bagian dari dampak ekonomi atau dampak berganda untuk kesejahteraan masyarakat, karena bukan barang impor.
"Sandal ini tidak didatangkan dari daerah-daerah lain, tetapi memberdayakan masyarakat setempat dengan bahan baku setempat untuk berkarya sehingga bisa dijual bisa memberikan penghasilan bagi masyarakat. Semakin banyak pengunjung kebutuhannya juga semakin banyak," ujarnya.
Dia menyampaikan, dampak bergandanya ini akan semakin besar dan hal itu yang diharapkan masyarakat sekitar Borobudur agar dapat menikmati Borobudur dengan segala fasilitasnya yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. "Dengan demikian, rasa memiliki Candi Borobudur akan semakin besar ketika dampak yang dirasakan masyarakat juga semakin besar. Ternyata Borobudur bukan candi yang mati, tetapi bisa mendatangkan wisatawan dan menghidupkan perekonomian masyarakat lokal," kata Rustam.
Pujo Suwarno menyampaikan PT TWC bersama-sama dengan BKB dan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang mempersiapkan kegiatan wisata tematis bagi wisatawan ke Borobudur. "Selain tema-tema yang sudah disiapkan oleh Kemenparekraf beberapa waktu lalu, kami mencoba untuk bagaimana potensi yang ada di zona 1, zona 2, zona 3, zona 4 dan di luar zona yang ada ini bisa ada kegiatan yang tematis untuk memberikan pengalaman kepada wisatawan Borobudur ke depannya," kata Pujo.
Pada hari ini, dia mencoba salah satu tema tentang kemaritiman. Tema kemaritiman ini tidak lepas dari sejarah perjalanan nenek moyang bangsa Indonesia. "Cerita-cerita yang ada di relief Candi Borobudur ini juga menggambarkan bagaimana luar biasanya nenek moyang kita pada waktu itu di bidang kemaritiman," kata Pujo.