Jumat 28 Jan 2022 14:30 WIB

Perusahaan Pesawat Luar Angkasa China Targetkan Pariwisata Suborbital

China Space Transportation sedang mengembangkan pariwisata luar angkasa

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
China Space Transportation sedang mengembangkan pariwisata luar angkasa. Ilustrasi.
Foto: AP/Ju Zhenhua/Xinhua
China Space Transportation sedang mengembangkan pariwisata luar angkasa. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Perusahaan China Space Transportation sedang mengembangkan “roket bersayap” untuk pariwisata luar angkasa dan perjalanan dari titik-ke-titik.

“Kami sedang mengembangkan roket bersayap untuk transportasi titik-ke-titik berkecepatan tinggi, yang biayanya lebih rendah daripada roket yang membawa satelit dan lebih cepat daripada pesawat tradisional,” kata perusahaan itu dalam wawancara baru-baru ini dengan Yicheng Times dilansir Space, Jumat (28/1/2022).

Baca Juga

Pesawat luar angkasa akan bertujuan menyediakan transportasi cepat antara dua lokasi di Bumi melalui perjalanan suborbital dan dapat digunakan kembali sepenuhnya.

Presentasi video di situs web Space Transportation menunjukkan rencana ambisius tersebut. Presentasi itu menunjukkan penumpang animasi menaiki pesawat yang terpasang pada sayap yang ditenagai oleh roket. Setelah lepas landas secara vertikal, pesawat terlepas dari sayap bertenaga roket dan melanjutkan perjalanan suborbitalnya ke Dubai di Timur Tengah lalu mendarat secara vertikal dengan tiga kaki yang dikerahkan dari belakang.

Perusahaan bernama lengkap Beijing Lingkong Tianxing Technology Co.Ltd itu mengungkapkan uji coba darat direncanakan pada 2023 dengan penerbangan pertama pada 2024 dan penerbangan berawak pada 2025. Bahkan yang lebih ambisius, uji terbang kendaraan ruang angkasa berawak global, atau orbital, direncanakan pada 2030, kata perusahaan itu. Space Transportation didirikan pada 2018, menurut situs web perusahaan.

Jika semua ini tampak agak cepat, rencananya tidak muncul begitu saja. Space Transportation mengumumkan Agustus lalu bahwa mereka telah mengumpulkan 46,3 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 665,7 miliar untuk rencana pesawat luar angkasa hipersoniknya. Perusahaan baru-baru ini juga telah melakukan sejumlah tes terhadap kendaraan Tianxing 1 dan Tianxing 2. Uji terbang ke-10 dilakukan pada 23 Januari, diikuti oleh uji lain yang bekerja sama dengan laboratorium pembakaran milik Tsinghua University.

Rincian tentang kegiatan uji terbang ini terbatas, mungkin karena sifat sensitif dari teknologi terkait hipersonik.

China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC), kontraktor luar angkasa utama China, pada 2020 dan 2021 melakukan uji peluncuran kendaraan suborbital dan orbital yang sangat rahasia dari Jiuquan Satellite Launch Center sebagai bagian dari program pengembangan pesawat luar angkasa. Proyek pesawat luar angkasa lainnya sedang berlangsung di seluruh dunia. Virgin Galactic telah melakukan penerbangan suborbital berawak penuh dari kendaraan VSS Unity pada Juli tahun lalu. Misi dilakukan pendiri Virgin Group Richard Branson, di antara penumpang lainnya.

Pekan lalu, Radian Aerospace, sebuah perusahaan yang berbasis di dekat Seattle, mengumumkan rencananya untuk meluncurkan kendaraan peluncuran yang dapat digunakan kembali satu tahap ke orbit setelah menutup putaran pendanaan 27,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 395,3 miliar.

CAS Space, sebuah perusahaan kedirgantaraan yang dipisahkan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, juga mengembangkan layanan pariwisata suborbitalnya sendiri. Mereka menggunakan sistem roket yang mirip dengan yang ditunjukkan oleh perusahaan kedirgantaraan Jeff Bezos, Blue Origin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement