REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dokter spesialis jantung Habibie Arifianto menyebut, orang awam juga bisa membantu menangani kasus henti jantung. Apa yang harus dilakukan jika mendapati ada orang henti jantung?
"Apabila menyaksikan korban mengalami henti jantung mendadak, kita bisa meminta bantuan tim medis atau dibawakan alat automatic electrical defibrillator (AED)," kata dr Habibie, di Solo, Jawa Tengah, Jumat (28/1/2022).
Dr Habibie mengatakan, alat AED sudah banyak tersedia di tempat umum, seperti bandara dan pusat perbelanjaan. Kalau tidak ada, orang masih bisa melakukan upaya lain sebagai bantuan pertama.
"Sambil menunggu bantuan datang, coba memberikan bantuan hidup dasar dengan pijatan jantung luar atau resusitasi jantung paru (CPR)," kata dokter dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini.
Menurut dr Habibie, cara tersebut memungkinkan korban dapat mengembalikan sirkulasi darah hingga sadar kembali. Namun, jika tidak ada yang membantu untuk melakukan pijatan jantung luar tentu gangguan irama akan berlanjut.
Penderita pun berisiko meninggal dunia. Dr Habibie mengatakan, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami cara-cara memberikan bantuan hidup dasar.
"Di sisi lain, diperlukan juga peran dari pemangku kepentingan untuk menyediakan AED sehingga dapat membantu korban yang mengalami henti jantung mendadak," katanya.
Untuk langkah pencegahan, menurut dr Habibie, orang dengan memiliki riwayat keluarga yang meninggal mendadak di usia muda atau riwayat sering pingsan sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter jantung. Tujuannya untuk dicari kemungkinan adanya gangguan irama atau struktur jantung yang dapat menyebabkan henti jantung di masa mendatang.