REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Mayoritas kebutuhan chip mobil dipenuhi oleh produsen dari Taiwan. Hal ini pun membuat proses produksi sejumlah pabrikan otomotif sangat bergantung pada pemasok tersebut.
Dikutip dari Drive pada Jumat (28/1), kelangkaan chip yang terjadi saat ini pun membuat Amerika Serikat (AS) tak ingin lagi bergantung pada pasokan chip dari luar negeri. Hal ini bahkan diungkapkan oleh President of the United States (POTUS), Joe Biden.
Oleh karena itu, Pemerintah AS mendorong agar Intel mulai melakukan produksi chip untuk mobil. Hal ini pun disepakati oleh Intel lewat investasi sebesar 20 milar dolar AS.
Selain itu, Pemerintah AS juga membantu Intel dengan pasokan dana senilai 52 miliar dolar AS. Lewat seluruh aliran dana itu, Intel pun akan membangun pabrik baru yang digunakan untuk memproduksi chip mobil.
Dengan begitu, maka kedepanya kelangkaan chip bisa diatasi dan membuat AS tak lagi mengandalkan pasokan semikonduktor dari negara lain.
CEO Intel, Pat Gelsinger mengatakan, chip adalah sebuah teknologi mendasar yang sangat dibutuhkan. "Sebagai sebuah negara, kita tak bisa hanya mengandalkan chip dari luar negeri," kata Pat Gelsinger.
Oleh karena itu, ia menilai, satu-satunya cara untuk mencegah persoalan ekonomi dan keamanan adalah dengan melakukan produksi chip secara domestik.
Meskipun, langkah ini tak mampu menyelesaikan persoalan kalangkaan dalam waktu dekat. Mengingat, proses pembangunan pabrik chip membutuhkan waktu sekitar 18 bulan.
Artinya, langkah Intel ini baru bisa memberikan dampak bagi suplai chip dalam dua tahun kedepan.