Rabu 02 Feb 2022 21:13 WIB

Wow, Ilmuwan Catat Rekor Petir Terpanjang Membentang 768 Km

Petir terpanjang tercatat pada 29 April 2020.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Hujan Petir
Foto: pixabay
Ilustrasi Hujan Petir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua sambaran petir terpisah, keduanya terjadi pada tahun 2020 di berbagai belahan dunia, baru saja disertifikasi sebagai sambaran petir terpanjang yang pernah tercatat dalam sejarah. Salah satunya adalah yang terpanjang dalam hal jarak, membentang sepanjang 768 kilometer. 

Petir satu lagi memegang rekor pencahayaan yang paling tahan lama, setelah berkedip selama hampir 17,1 detik sebelum menghilang ke udara.

Baca Juga

Sambaran petir terpanjang secara geografis terjadi di atas Great Plains Amerika Utara pada 29 April 2020, membentang di seluruh Amerika Serikat bagian selatan, dari Texas hingga Mississippi. Di tempat lain, di cekungan Rio de la Plata di Amerika Selatan, sambaran petir menyambar selama sekitar 17 detik pada 18 Juni 2020, selama badai petir yang melanda Uruguay dan Argentina utara.

Setelah pengukuran yang cermat dan pemeriksaan ulang, Badan Cuaca dan Iklim Ekstrim untuk Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengesahkan dua catatan dan melaporkan temuan pekan ini di Buletin Masyarakat Meteorologi Amerika. Menurut WMO, kedua rekor baru ‘mega flashes’ diamati di hotspot untuk badai petir sistem konvektif skala meso.

“Ini adalah catatan luar biasa dari peristiwa kilat tunggal,” kata Profesor Randall Cerveny, pelapor WMO, dilansir dari ZME Science, Rabu (2/2/2022).

Sejak 1950-an, para peneliti telah menyadari pelepasan petir dengan panjang sekitar 100 km, berkat temuan berbasis radar. Kemudian, sekitar 1989, para ilmuwan menemukan “sprite”- pelepasan listrik skala besar yang terjadi tinggi di atmosfer sekitar 50-90 km, dalam apa yang disebut “sistem konvektif skala meso”.

Salah satu sprite seperti itu, yang terbentuk pada 2007 di atas Oklahoma, memiliki panjang 321 km, menjadikannya kilatan petir terpanjang yang didokumentasikan secara resmi pada masanya. Sejak itu kilatan petir yang semakin besar tercatat setiap tahun.

Fakta bahwa pemegang rekor baru itu ratusan kilometer lebih panjang daripada yang diamati hanya satu dekade lalu mungkin terdengar mengejutkan. Namun, temuan ini bukanlah indikasi bahwa petir menjadi lebih ekstrem-hanya masalah instrumen pemantauan yang sekarang tersedia bagi para ilmuwan jauh lebih baik.

Kedua kilatan pemegang rekor dari tahun 2020, sama seperti kelas berat sebelumnya lainnya baru-baru ini, terlihat oleh instrumen khusus pada satelit geostasioner, yang memiliki bidang pandang yang jauh lebih luas daripada radar dan stasiun pemantauan cuaca konvensional. Itu tidak berarti bahwa perubahan iklim mungkin tidak membuat petir yang ekstrem menjadi lebih umum.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement