Kamis 03 Feb 2022 13:30 WIB

Studi Temukan Versi Baru Omicron Lebih Cepat Menular

Temuan studi membuat ragu bahwa Omicron bisa mempercepat berakhirnya pandemi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Temuan studi membuat ragu bahwa Omicron bisa mempercepat berakhirnya pandemi.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Temuan studi membuat ragu bahwa Omicron bisa mempercepat berakhirnya pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru menunjukkan bahwa versi terbaru dari varian Omicron lebih menular dan cepat dari virus asli. Hal ini menunjukkan bahwa kasus ringan tidak menawarkan banyak perlindungan terhadap infeksi di masa depan.

Temuan itu membuat ragu klaim yang yang menyatakan Omicron dapat membantu mempercepat berakhirnya pandemi. Laporan para peneliti di University of California, San Francisco, menyebutkan, produksi antibodi penetralisir selama infeksi Omicron tampaknya terkait dengan tingkat keparahan penyakit. 

Baca Juga

Pada orang yang divaksinasi, gejalanya lebih ringan, dibanding yang tidak divaksin. Studi tersebut menemukan perlindungan dari infeksi alami sekitar sepertiga yang diperoleh melalui suntikan booster.  

“Hasil kami menunjukkan bahwa kekebalan yang diinduksi Omicron mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi dari varian lain yang lebih patogen, jika itu muncul di masa depan,” ujar para peneliti seperti dilansir dari laman Fortune, Kamis (3/2/2022).

Mereka juga menyoroti pentingnya lanjutan dari penguat vaksin dalam meningkatkan kekebalan. Pasalnya, infeksi terobosan saja mungkin tidak dapat diandalkan dalam melindungi terhadap infeksi berulang atau penyakit di masa depan dari jenis baru.

Studi kedua menemukan bentuk generasi kedua Omicron tampak lebih menular daripada aslinya. Ini menunjukkan 39 persen orang yang terinfeksi dengan subvarian BA.2 cenderung menginfeksi orang lain di rumah mereka, dibandingkan dengan 29 persen dari mereka yang membawa versi aslinya. 

Studi ini menganalisis data yang dikumpulkan dari 8.541 rumah tangga pada bulan Desember dan Januari di Denmark, di mana subvarian baru telah menjadi strain dominan. Risiko infeksi dengan kedua jenis lebih tinggi pada mereka yang tidak divaksinasi, menggarisbawahi efek positif dari vaksinasi.

"Subvarian Omicron tampaknya lebih menular tetapi data sejauh ini tidak menunjukkan bahwa itu lebih berbahaya atau menghindari perlindungan dari vaksin," ujar Scott Gottlieb, mantan komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan AS. 

"Paling buruk, strain itu bisa memperlambat penurunan infeksi Omicron di AS," lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement