REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Angka kanker di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan masalah kanker ini bukan saja masalah kanker di Indonesia, tapi ini juga masalah kanker di dunia. Karena angka kesakitan maupun angka kematiannya memang cukup tinggi. Pada tahun 2020 berada pada negara-negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau negara berkembang termasuk Indonesia.
Menurut data GLOBOCAN 2020, kanker tertinggi di Indonesia didominasi oleh dua yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim atau serviks. Kanker payudara sekitar 30,8 persen dari seluruh total kanker yang ada, dan kanker leher Rahim 17,2 persen dari total kanker. Selain dua jenis kanker itu, angka kejadian kanker yang tinggi di Indonesia adalah kanker paru (14 persen) dan kanker kolerektum pada laki-laki (11,9 persen).
“Sekitar 70 persen menjadi masalah kanker datang sudah stadium lanjut. Ini yang menjadi masalah besar di Indonesia, sehingga tentu berdampak pada efektifitas pengobatan maupun pada kualitas hidup,” ujarnya dalam acara Gelar Wicara Hari Kanker Sedunia 2022, belum lama ini.
Menurutnya, sebenarnya jika dicegah lebih dini, kita bisa menyelamatkan paling sedikit 3,7 juta jiwa. Dengan stategi melakukan pencegahan dari faktor risiko. Juga dengan penemuan kasus secara dini serta tatalaksana yang tepat pada waktu yang lebih cepat datang. “Sehingga bisa menambah waktu kesembuhan dan hidup lebih berkualitas,” tambahnya.
Senada, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr dr Aru W Sudoyo, SpPD-KHOM mengatakan saat ini yang menjadi masalah di negara kita adalah kurangnya kesadaran deteksi dini, yang menyebabkan angka kanker meningkat. Padahal secara global di Amerika Serikat, angka temuan kanker naik karena deteksi dini.
Dokter Maxi menambahkan tantangan di masa pandemi dalam penanganan kanker, dengan melakukan adaptasi dengan situasi pandemi. Misalnya dengan konsultasi telemedicine.
Tantangan utama pejuang kanker adalah bagaimana melakukan advokasi saat harus dirujuk ke rumah sakit. Mereka harus patuh prokes saat menuju rumah sakit. Juga pelayanan dirumah sakit disesuaikan dengan kondisi pandemi.
Untuk penanganan kanker di era pandemi, pertama yang dapat dilakukan adalah meningkatkan layanan primer kepada masyrakat dengan memberikan edukasi dan informasi yang benar. Kedua melakukan upaya pencegahan. Misalnya untuk kanker leher rahim dengan memberikan vaksinasi HPV. Ketiga, dengan menyiapkan rumah sakit rujukan dengan penguatan fasilitas melalui peralatan dan penangangan yang sesuai standard di seluruh Indonesia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr Dwi Oktavia TL, M.Epid mengatakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk melihat penyakit kanker sebagai masalah yang penting dan harus diatasi bersama. Mereka berupaya melakukan upaya-upaya promotif, preventif dan kuratif dengan melakukan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, melakukan deteksi dini, dan memberikan pengobatan melalui rehabilitasi pasien kanker.