Oleh : Sri Sumarni (Guru SMAN 2 Majalengka)
REPUBLIKA.CO.ID, Fakta bahwa kurangnya guru di beberapa wilayah di tengah situasi pandemi yang berakibat pada sistem pembelajaran menjadi tantangan yang harus dijawab. Belum lagi, tuntutan profesionalisme guru untuk menjawab kebutuhan pendidikan karakter di era digital yang mesti dijawab.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UUD G. no 14 Th 2005).
Tugas tersebut bukanlah hal yang mudah jika dihadapkan pada kenyataan kurangnya tenaga guru. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang disampaikan pada kegiatan Rapat Kerja Forkom Pimpinan FKIP Negeri Se-Indonesia di Surakarta, 29 Januari 2022 tentang kekurangan guru dengan memperhitungkan pensiun dalam 5 tahun ke depan disusunlah pengajuan formasi guru.
Berdasarkan data dari kemendikbud jumlah guru yang akan pensiun menjelang tahun 2024, berada di peringkat teratas adalah di Jawa Timur diikuti jawa Barat dan Jawa Tengah. Sementara itu, jika didasarkan pada mata pelajaran peringkat tertinggi adalah Guru Kelas SD,yang mencapai lebih dari 50% jumlah total guru yang akan pensiun.
Di sisi lain, tuntutan zaman menghendaki seorang guru untuk terus mengembangkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, karena di era digital saat ini guru berhadapan dengan peserta didik beserta lingkungan belajar yang berbeda dengan satu atau dua dasa warsa ke belakang. Awalnya, Pandemi Covid 19 mengharuskan guru dan peserta didik belajar dalam jaringan (daring), dimana penggunaan teknologi dalam pembelajaran lebih berkembang seperti pembelajaran menggunakan beragam media. Sebagai contoh, video confrence, pengunaan video pembelajaran, penilaian menggunakan form tes online, penggunaan classroom, pengumpulan tugas melalui media penyimpanan online dan bentuk teknologi pembelajaran lainnya.
Orang tua diminta untuk memfasilitasi sekaligus mengawasi kegiatan pembelajaran di rumah menggunakan media elektronik terutama Hand Phone (HP). Saat ini di beberapa daerah sudah memulai Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), namun generasi milenial yang sudah terlanjur berkenalan dengan handphone ternyata tidak mudah dapat dilepaskan dari benda multifungsi tersebut.
Kerja sama antara orang tua dan guru kembali dituntut untuk membimbing mereka menjadikan HP bukan sebatas teman/mainan di waktu luang, melainkan sebagai media informasi dan ruang belajar yang lebih luas untuk berkarya. Dengan pengawasan dan menyepakati komitmen kapan dan untuk apa HP digunakan,seberapa lama dan seberapa sering boleh digunakan. Kerja sama orang tua dan guru langsung maupun tak langsung merupakan bagian dari tuntutan professional guru.
Upaya pemerintah berkenaan dengan kurangnya tenaga pendidik dilakukan dengan berbagai cara diantaranya program Kampus Mengajar yang mengajak para mahasiswa untuk berkolaborasi dan berbakti untuk negeri di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) di jenjang sekolah dasar (SD). Pengangkatan guru honorer menjadi ASN PPPK juga dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sedangkan untuk meningkatkan profesionalitas guru Ditjen GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan) juga berupaya melalui jalur PPG (Pendidikan Profesi Guru) dan program Guru Penggerak.Kemendikbud juga meluncurkan Akun Pembelajaran dengan domain belajar.id yang dapat digunakan oleh guru, peserta didik dan tenaga kependidikan yang memberi ruang bagi guru dan peserta didik untuk berinteraksi dan memanfaatkan teknologi.
Pendidikan karakter tetap menjadi hal yang utama dalam mendampingi dan membimbing generasi milenial ini.Pendidikan karakter bukan sebatas pengetahuan yang diajarkan di ruang kelas melainkan terbentuknya kebiasaan baik yang dilakukan berulang ulang dan membangun karakter positif.
Karakter yang dimaksud tentunya bukan sebatas karakter moral namun juga karakter kinerja sepeti yang diungkap mantan mentri pendidikan Anies Baswedan “Karakter kinerja seperti kerja keras, disiplin, kerja tuntas, tak mudah menyerah, itu semua karakter juga. Bukan hanya jujur, sopan, atau hormat kepada orang tua,” (Anies Baswedan: m.merdeka.com).Pola pembiasaan itulah yang harus ada dan dikondisikan oleh guru linkungan sekolah dan orang tua di linkungan rumah dan masyarakat. Guru dan orang tua tampil menjadi figur keteladanan.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan tentunya lebih dituntut untuk mengembangkan diri beradaptasi dengan berbagai perubahan terkait tugas dan fungsinya.Semuanya dilakukan bukan sebatas tuntutan persyaratan kenaikan jenjang pangkat atau materi lainnya. Jika hal ini yang menjadi acuan maka akan melemah semangatnya di akhir masa tugas (pensiun) sementara tuntutan zaman akan terus bergerak ke arah lebih profesional.
“Bekerjalah kamu , maka Allah akan melihat pekerjaanmu,begitu juga rasul-Nya dan orang orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata , lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( Q.S At-Taubah: 105).
Kita tidak pernah akan kecewa dan merasa pekerjaan kita sia sia karena ada Yang Maha Mengawasi. Apa yang kita tanam itu pulalah yang akan kita tuai. Jadi mengapa tidak membangun rumah terbaik kita mumpung kita masih diberi waktu.