REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Waktu yang tepat untuk mengenalkan gawai kepada anak-anak adalah ketika usia si buah hati menginjak 18 bulan atau memasuki fase usia menuju dua tahun. Hal ini diungkapkan psikolog klinis anak Saskhya Aulia Prima.
"Pastikan mengenalkan gawai ke anak lewat interaksi langsung karena di usia itu anak memang sedang membutuhkan interaksi," kata Sashkhya dalam acara daring, Rabu (9/2/2022).
Alasan utama gawai boleh diperkenalkan kepada anak sejak usia menginjak 18 bulan karena saat itu fungsi otak anak baru mulai bekerja secara aktif. Pertumbuhannya pun masih lambat sehingga saat mengenalkan gawai kepada anak tetap dibutuhkan interaksi agar anak mampu mencerna peristiwa itu. "Cara paling mudah mengenalkan gawai atau ruang digital kepada anak lewat video call karena di situ juga ada interaksi dan anak bisa melihat bentuk komunikasi langsung lewat itu," kata lulusan Universitas Indonesia ini.
Hal serupa juga perlu diterapkan pada konten di ruang digital yang akan dikonsumsi oleh anak. Pastikan orang tua memilih konten yang mengandung interaksi bagi buah hati. Carikan interaksi yang memiliki ritme cukup lambat dan bahasa yang mudah dimengerti oleh si kecil.
"Kalau bisa cari konten yang dari satu adegan ke adegan lainnya itu ritmenya lambat. Jadi dia bisa konsentrasi memahami interaksi, anak juga bisa perlahan- lahan memahaminya," kata Sashkya.
Anda bisa memperpanjang waktu mengakses gawai ataupun konten di ruang virtual mengikuti pertumbuhan usia anak. Misalnya untuk anak usia tiga tahun mulai bisa mengakses gawai sekitar 30 menit, lalu menginjak usia lima tahun sekitar satu jam, menginjak usia delapan tahun anak bisa mengaksesnya dengan waktu yang lebih lama disesuaikan dengan kegiatannya termasuk bersekolah.
Terakhir, orang tua juga sebisa mungkin memberikan contoh penggunaan gawai yang baik dengan membatasi diri menggunakan perangkat elektronik itu di depan buah hati. "Misalnya orang tua harus menahan diri tidak pakai ponsel ketika makan di meja makan atau sebelum tidur sehingga anak pun bisa mengontrol diri dan mengikuti jejak orang tuanya," jelas Sashkya.