Kamis 10 Feb 2022 01:13 WIB

Pasar Skutik Terus Naik, Waspadai Pasar Mulai Jenuh

Produsen harus terus melakukan pembaruan pada motor skutik agar pasar tak jenuh.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Skutik
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Skutik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Motor skutik makin populer di pasar. Pengamat otomotif Bebin Djuana melihat market skutik bertambah besar. Menurutnya, orang semakin suka dengan skutik karena sudah tidak seperti motor bebek dulu yang mengoper gigi.

Kepraktisan menggunakan motor ini membuatnya kian populer. Namun, dia mengingatkan produsen bahwa market Indonesia yang mudah bosan.

Baca Juga

“Kita mesti memahami dulu market Indonesia yang mudah bosan. Jadi kalau kita melihat satu model, menarik, cantik terus penjualannya meningkat pesat itu si produsen jangan terlena. Karena bisa jadi dalam kurun waktu satu tahun, artinya tahun depan minat sudah mulai menurun gitu,” ujar Bebin.

Dia menyarankan produsen mesti melakukan inovasi, tidak harus modifikasi mesin, tetapi contohnya seperti ganti warna, desain baru  dan inovasi lainnya yang langsung ditangkap oleh mata konsumen. Itu akan menarik sekali untuk mempertahankan pasar.

“Jadi tidak bisa karena wah ini lagi ramai, terus atau lagi laku terus diam-diam saja dan saya lihat sering kali hal itu terjadi. Artinya si produsen terus masuk comfort zone. Wah laku diemin saja. Itu salah,” kata Bebin.

Bebin memiliki saran terkait memilih dan merawat skutik. Sebelum membeli, skutik bisa dipertimbangkan dari tampilan ataupun fungsinya.

“Memilih skutik sebetulnya kita mau lihat dari mana apakah melihat dari tampilan. Kalau melihat dari tampilan selera yang bicara, saya tidak bisa berkomentar. Anda bilang model ini bagus, saya bilang tidak bagus, selesai,” ujar Bebin.

“Tetapi kan ada lagi yang kita sebut sebagai fungsi. Kalau saya lebih kepada fungsi. Ini kesehariannya mau dipakai untuk apa, seberapa jauh per hari. Bagi  mereka yang punya usaha atau untuk gojek yang antar paket kan ceritanya bisa lain, wah skutik ini bisa tidak ya dipasangin seperti tasnya pak pos untuk memasukkan ini (paket), berapa daya angkutnya ,” katanya lagi.

Sedangkan untuk perawatan, Bebin menyarankan untuk mengikuti buku petunjuk servis dan jangan memakai rumusan lama, contohnya mengganti oli sebulan sekali.

“Itu sudah salah kalau begitu. Baca lagi buku petunjuk servis. Bicara skutik yang harus ekstra hati-hati adalah minyak atau oli maticnya. Ketika salah mengisi oli maticnya terus terjadi kerusakan, itu biayanya besar. Itu yang perlu dipahami,” ujar Bebin.

Terakhir, Bebin menyarankan pemilik skutik versi start stop yang ingin menghemat bahan bakar lebih baik mematikan motornya dibanding menggunakan fitur start stop ketika berada di lampu merah. Berdasarkan pengalamannya sebelum pandemi, Bebin sering naik ojek online.

Ketika di lampu merah, mesin skutik tersebut mati. Saat lampu hijau, gas skutik yang dinaikkan membuat mesin menyala.

“Saya tanya sama tukang grabnya, ‘mas itu dipakai buat apa?’, ‘bisa ngirit pak katanya’, saya tanya lagi ‘mau ngirit seberapa lagi mas. Ini motor kan sudah irit banget’. Kalau start stop, start stop tiap kali Anda ketemu itu kalau lampu merah, kalau ketemu macet  setiap kali ngerem mesin mati. Berapa harga dinamo starter, berapa harga baterai. Jangan dibiarkan, lebih baik di-off-kan. Kalau pemikiran Anda adalah menghemat bahan bakar, lupakan start stop function,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement