Oleh : Andri Saubani, Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia semakin dekat dengan gelaran balapan MotoGP untuk pertama kalinya sejak 25 tahun terakhir. Sekitar sebulan jelang balapan atau tepatnya pada 20 Maret 2022, Sirkuit Mandalika di Lombok, NTB, lebih dulu dijajal oleh para riders lewat tes pramusim resmi pada akhir pekan ini. Selama tiga hari, Marc Marquez dan lainnya memutar-mutari trek sepanjang 4,31 km dengan catatan waktu rata-rata 1,5 menit per lap.
Sebagai penikmat balapan baik MotoGP dan F1, lewat tulisan ini saya akan coba merangkum rangkaian tes dan memprediksi akan bagaimana jalannya balapan pada Maret nanti berdasarkan kesan dan pesan para pembalap dan layout trek sirkuit Mandalika. Apakah Mandalika selain menyajikan pemandangan alam sekitar yang mencengangkan juga akan menghadirkan balapan yang seru atau sebaliknya, membosankan? Saya akan mencoba mengulasnya.
Saya sudah mengikuti pembangunan Sirkuit Mandalika sejak awal lewat video-video yang diunggah ke Youtube oleh banyak konten kreator Lombok. Dan saya mulai bisa membayangkan bagaimana balapan akan berlangsung nantinya sejak pengaspalan trek rampung pada Agustus-September 2021.
Jujur saja, saat lintasan balap sudah menampakkan wujudnya, saya sempat kecewa dengan kondisi terlalu flat-nya Sirkuit Mandalika. Praktis tidak ada tanjakan, turunan, dan banking sebagai variasi jamaknya sirkuit-sirkuit yang ada di dunia saat ini. Layout Sirkuit Mandalika benar-benar datar dari sejak lintasan start hingga finish. Sedikit variasi hanya terlihat di chicane tikungan 8-9 yang agak bergelombang dan terakhir di tikungan 16 dan 17 yang agak menurun lalu menanjak sedikit sebelum pembalap kembali masuk ke lintasan start.
Namun, saya kemudian teringat pada pengalaman menonton balap motor bahwa keindahan layout trek dengan variasi tanjakan, turunan, atau banking tidak selalu paralel dengan keseruan balapan alias banyaknya aksi saling salip antarpembalap. Karena biasanya, aksi overtaking memang tidak terjadi pada tikungan menanjak atau menurun karena akan terlalu berisiko bagi keselamatan pembalap.
Terlepas dari kondisi trek yang super-flat, saya bersyukur Indonesia tidak ikut-ikutan latah menggunakan jasa Herman Tilke dan perusahaannya dalam merancang Sirkuit Mandalika. Di dunia rancang bangun sirkuit modern, Tilke begitu masyhur karena jasanya dipakai di banyak sirkuit-sirkuit baru yang dibangun sejak era 1990-an sampai sekarang.
Namun, menurut saya, kebanyakan dari sirkuit yang dirancang oleh Tilke, secara penampakan memang terlihat megah dan canggih. Sayangnya, balapan baik F1 dan MotoGP di sirkuit yang dirancangnya kerap berlangsung membosankan. Entah bagaimana menjelaskannya dari sisi teknikal, sirkuit-sirkuit yang dirancang oleh Tilke seperti sedikit memberi ruang bagi pembalap untuk saling salip sehingga urutan pembalap kerap tidak banyak berubah sejak start hingga finish.
Adapun, untuk pembangunan Sirkuit Mandalika, MGPA sebagai pengelola sirkuit bekerja sama dengan grup Populus yang rekam jejaknya tidak hanya membangun sirkuit, tapi juga sarana olahraga seperti stadion sepak bola di beberapa negara. Dan sejauh ini, saya mesti memuji hasil rancang bangun Sirkuit Mandalika dalam konteks potensi sajian balap yang kompetitif.
Gelaran Asian Talent Cup dan World Superbike (WSBK) pada November 2021 lalu sudah bisa menjadi rujukan. Khusus untuk Asian Talent Cup di mana para pembalap muda menunggangi motor dengan spek yang sama, mereka menyajikan tontonan seru sejak start hingga finish. Para pembalap di depan saling bergantian memimpin, sementara barisan tengah dan belakang juga melancarkan aksi saling salip.
Aksi overtaking biasanya terjadi pada tikungan 1 selepas start, tikungan 10, dan terakhir tikungan 16 berbentuk hairpin sebelum pembalap kembali menuju trek lurus start/finish. Untuk tikungan 16 hairpin, duel Scott Reading dan Jonathan Rea pada lap terakhir balapan hari kedua WSBK menjadi contoh tikungan itu ke depannya akan menjanjikan tontonan seru nan menegangkan.
Pada Kamis (10/2) atau sehari sebelum tes pramusim digelar, akun Youtube resmi MotoGP merilis video on-board lap Sirkuit Mandalika. Dari video itu bisa dirasakan karakter Sirkuit Mandalika sebagai fast-flowing circuit. Hanya ada dua momentum motor melakukan pengereman berat, yakni di tikungan 1 selepas start dan tikungan 10, sisanya laju motor bak air yang mengalir cepat sambil terus berbelok ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
Karena karakternya yang menghadirkan banyak tikungan cepat dan sedikit trek lurus, Sirkuit Mandalika, khususnya di sektor 2 dan 3, akan menuntut fisik prima dari pembalap. Selain itu, motor, seperti Yamaha, Suzuki dan Aprilia diyakini para pengamat otomotif di dunia akan cocok dengan karakter fast-flowing daripada motor-motor yang kencang di jalur lurus seperti Ducati, Honda, atau KTM.
Namun, berdasarkan hasil tes selama tiga hari, pembalap-pembalap dari KTM, Ducati, dan Honda justru berhasil menjadi yang tercepat. Brad Binder menjadi yang tercepat pada hari pertama dengan catatan 1:31.60 detik, Luca Marini tercepat hari kedua dengan 1:31.289, dan Pol Espagaro jadi yang tercepat pada hari ketiga dengan catatan waktu 1:31.60.
Hasil tiga hari tes pramusim tentunya tidak bisa menjadi patokan atau cerminan akan seperti itu nantinya hasil balapan sesungguhnya. Banyak pembalap mengakui masih berhati-hati menjalani tes di sirkuit yang sama sekali baru bagi mereka.
Memang ada keluhan dari beberapa pembalap khususnya pada tes hari pertama yang dimulai setelah hujan deras. Menurut pembalap, kondisi trek Mandalika setelah hujan sangat kotor dengan banyak materi bebatuan bisa membahayakan.
Ada juga keluhan terkait masih adanya bagian lintasan yang bergelombang (bumpy) seperti yang dirasakan Maquez di tikungan 2. Namun, secara keseluruhan, baik pembalap, race director, dan Dorna mengaku puas dengan kondisi Sirkuit Mandalika.
Semoga ulasan dan prediksi saya ini menjadi kenyataan di balapan sesungguhnya nanti pada 20 Maret. Sirkuit Mandalika benar-benar bisa menjadi kebanggaan Indonesia bukan sekadar karena pemandangan alam sekitar yang luar biasa karena letaknya di perbukitan dan dekat dengan pantai/laut, layout sirkuitnya juga bisa menyajikan bukan balapan yang membosankan, tapi seru sekaligus menegangkan.