Rabu 16 Feb 2022 01:45 WIB

Risiko Sakit Jantung Bisa Terlihat dari Kaki

Gejala pada kaki bisa jadi 'alarm' dari sakit jantung.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Gejala pada kaki bisa jadi 'alarm' dari sakit jantung.
Foto: Sleep Review
Gejala pada kaki bisa jadi 'alarm' dari sakit jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang kerap mengancam jiwa. Gejala pada kaki dapat menjadi "alarm" peringatan bahwa ada potensi masalah kesehatan jantung yang patut diperiksakan lebih lanjut.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Sebanyak 85 persennya berkaitan dengan serangan jantung dan strok.

Baca Juga

Rasa nyeri, kesemutan, atau seperti terbakar di kaki dapat menjadi tanda bahwa pemeriksaan jantung sebaiknya dilakukan. Nyeri pada kaki sebenarnya merupakan hal yang umum terjadi dalam keseharian. Akan tetapi, nyeri pada kaki perlu dicurigai berkaitan dengan masalah kesehatan jantung bila muncul tanpa sebab yang jelas, terlebih bila nyeri kaki disertai dengan kesemutan atau rasa terbakar.

Menurut ahli, nyeri kaki tanpa sebab yang disertai dengan kesemutan atau rasa terbakar bisa jadi merupakan bentuk dari neuropati serat kecil (SFN). SFN adalah sebuah kondisi yang mempengaruhi sistem saraf perifer dan ditandai dengan serangan nyeri berat.

"Yang umumnya dimulai dari kaki atau tangan," pungkas MedlinePlus.

Kondisi SFN diketahui berkaitan dengan masalah kesehatan jantung. Studi pada jurnal Neurology 2021 mengungkapkan bahwa 50 persen individu dengan SFN mengalami serangan jantung.

"Ada sesuatu yang jahat menegnai neuropati serat kecil yang membuatnya memiliki hubungan sangat erat dengan penyakit jantung dan serangan jantung," jelas profesor di bidang neurologi Mayo Clinic sekaligus peneliti Christopher Klein MD, seperti dilansir BestLife, Rabu (16/2/2022).

Selain berkaitan dengan masalah kesehatan jantung, SFN juga tampak berhubungan dengan diabetes. Tim peneliti mengungkapkan bahwa orang dengan SFN cenderung obesitas. Selain itu, sekitar 50 persen orang yang mengidap SFN dalam studi juga memiliki diabetes.

Peneliti Brian Callaghan MD mengatakan para para dokter, khususnya ahli neurologi, sudah lebih mewaspadai kondisi SFN pada pasien saat ini. Akan tetapi, terkadang kondisi SFN masih luput dari perhatian dokter. Oleh karena itu, pasien juga sebaiknya menyampaikan keluhan terkait gejala SFN pada dokter mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement