REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa penyintas Covid-19 bahkan yang bergejala ringan lebih mungkin menderita beberapa jenis masalah kardiovaskular di tahun berikutnya. Penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine ini dilakukan oleh tim dari St Louis Health Care System dan Washington University School of Medicine dengan menganalisa database pasien dari Departemen Veteran AS.
Para peneliti mengumpulkan kelompok studi dan dua kelompok control. Kohort penelitian terdiri dari 153.760 veteran AS yang selamat dari Covid-19, setidaknya selama 30 hari di luar diagnosis awal. Kelompok kontrol pertama adalah mereka yang melewati periode waktu pandemi yang sama dengan kelompok studi, sementara kelompok lainnya berasal dari periode waktu sebelum pandemi.
Tim peneliti kemudian membandingkan hasil kardiovaskular yang berbeda yang dialami kelompok studi dan dua kelompok kontrol pada tahun setelah diagnosis Covid-19 awal mereka. Secara keseluruhan, mereka yang telah pulih dari infeksi virus corona, 63 persen lebih mungkin memiliki beberapa jenis masalah kardiovaskular pada tahun berikutnya daripada mereka yang berada dalam kelompok kontrol.
Itu termasuk kemungkinan 52 persen lebih besar menderita stroke, kemungkinan serangan jantung 63 persen lebih tinggi, kemungkinan gagal jantung 72 persen lebih tinggi, dan kemungkinan gagal panas 145 persen lebih tinggi. Mereka yang memiliki Covid-19 juga lebih mungkin untuk selanjutnya memiliki berbagai irama jantung abnormal seperti fibrilasi atrium (71 persen lebih mungkin), sinus takikardia (84 persen), sinus bradikardia (53 persen), dan aritmia ventrikel (84 persen).
“Peningkatan kemungkinan masalah kardiovaskular terbukti di berbagai usia, ras, jenis kelamin, dan faktor risiko kardiovaskular,” kata salah seorang peneliti utama, Ziyad Al-Aly, seperti dilansir dari Forbes, Rabu (16/2/2022).
Bahkan mereka yang tidak memiliki penyakit kardiovaskular sebelum infeksi virus corona Covid-19 akhirnya berisiko lebih tinggi setelah pulih dari infeksi. Al-Aly menekankan bahwa bahkan mereka yang tidak dirawat di rumah sakit karena infeksi virus corona Covid-19, juga lebih mungkin mengalami masalah kardiovaskular.
Studi ini menambah bukti bahwa infeksi virus corona Covid-19 dapat memengaruhi jantung dan saluran pernapasan, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga jangka panjang. Sebelumnya, magnetic resonance imaging (MRI) telah menunjukkan kelainan yang terus-menerus pada jantung pasien bahkan rata-rata 71 hari setelah diagnosis Covid-19 awal mereka.
Studi lain menemukan jejak SARS-CoV-2 di hati pasien yang menjalani otopsi. Dan dalam sebuah artikel untuk Forbes berjudul “Covid-19 Can Cause Heart Damage—Even If You Asymptomatic,” Robert Glatter melaporkan bahwa beberapa dari mereka yang tidak merasakan gejala apapun saat terinfeksi virus corona Covid-19 masih berakhir dengan kerusakan jantung atau peradangan.
Studi ini diharapkan mendorong lebih banyak penyintas Covid-19 dengan gejala apapun seperti sesak napas, nyeri dada, atau palpitasi yang mungkin terkait dengan kardiovaskular untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.
“Semoga penelitian ini juga membuat Anda tidak pernah main-main dengan Covid-19. Dan ingat, risiko masalah jantung akibat Covid-19 lebih tinggi dari vaksin,” kata peneliti.