REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Epidemiolog dari Poltekkes Pontianak Malik Saepudin merekomendasikan strategi pengendalian penularan varian Omicron ke pemerintah daerah di wilayah Kalimantan Barat. "Ada empat strategi yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk meredam penyebaran kasus Omicron, antara lain deteksi dini kasus infeksi, mencegah kasus impor, meredam penyebaran domestik, dan memperkuat perlindungan diri," kata Malik di Pontianak, Kamis (17/2/2022).
Ia mengatakan, pemerintah daerah bisa mendeteksi dini kasus infeksi Omicron dengan menggiatkan kegiatan pelacakan dan pemeriksaan kasus. Pencegahan kasus impor, ia melanjutkan, dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi penularan virus menggunakan metode RT-PCR pada pelaku perjalanan yang hendak masuk maupun keluar dari wilayah Kalimantan Barat.
"Termasuk RT-PCR ulang ketika melakukan karantina," katanya.
Selain itu, menurut dia, pemerintah daerah perlu menurunkan risiko penularan penyakit dengan menggiatkan surveilans serta memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat. Pemerintah daerah, ia melanjutkan, juga harus memperkuat perlindungan diri warga terhadap serangan COVID-19 dengan melaksanakan vaksinasi dan menegakkan protokol kesehatan. Malik mengingatkan warga agar disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk menghindari penularan virus penyebab COVID-19, termasuk virus corona varian Omicron.
"Gunakan masker N95, tes dan karantina jika kontak atau bergejala. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, (menerapkan) pola hidup sehat," katanya.
Warga yang sudah menjalani vaksinasi dan terserang COVID-19 namun hanya mengalami gejala ringan, ia mengatakan, sebaiknya menjalani isolasi mandiri dan meminimalkan kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan virus. Orang yang melakukan kontak erat dengan warga yang terserang COVID-19, ia melanjutkan, harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan melakukan isolasi mandiri.
"Jangan lupa tetap mengonsumsi makanan bergizi seimbang, jaga kebugaran, jaga kebutuhan cairan, dan konsumsi obat pereda gejala," kata dia.
Malik mengemukakan bahwa keberhasilan upaya pengendalian COVID-19 ditentukan oleh kecepatan, ketepatan, kekuatan, dan konsistensi dalam merespons kasus penularan penyakit.
"Sebagus apa pun strategi pengendalian pandemi akan gagal atau tidak optimal jika minim dukungan dalam pelaksanaan," ujarnya menambahkan.