REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan saham PT Telkom Indonesia Tbk diperkirakan akan diwarnai berbagai sentimen positif pada tahun ini. Posisi neraca keuangan yang kuat, potensi pertumbuhan bisnis serta kondisi industri telekomunikasi yang kian sehat disebut dapat mendongkrak kinerja saham emiten bersandi TLKM ini.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Paula Ruth meyakini TLKM akan meraup lebih banyak manfaat dari meningkatnya permintaan untuk layanan broadband, terutama setelah konsolidasi bisnis menaranya melalui PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk serta strategi perseroan untuk memperbanyak portofolio menara baik secara organik maupun anorganik.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA bisnis non-Telkomsel pada tahun 2022 masing-masing akan mencapai naik 8,8 persen yoy dan 9,7 persen yoy," kata Paula dalam risetnya dikutip Ahad (20/2).
Selain itu, kinerja Telkom juga akan kecipratan dampak positif dari bisnis data. Paula optimistis atas kemungkinan monetisasi data yang lebih baik ke depannya, dengan asumsi persaingan menjadi lebih sehat pasca merger Indosat-Tri.
Hal ini ditambah dengan bauran pendapatan Telkomsel yang sudah lebih menarik, karena pendapatan dari layanan data saat ini memang sudah lebih dominan dibanding layanan suara dan SMS.
"Kami memperkirakan layanan data akan menyumbang sekitar 71 persen pendapatan Telkomsel pada 2022, dengan penurunan effective yield data/MB yang lebih rendah," ujar Paula.
Baca juga: Penuding LPDP Dikuasai Kaum Tarbiyah Ternyata Caleg PSI
Paula melihat, Telkom juga memiliki potensi pertumbuhan ditengah ketidakpastian. Ia mewaspadai dampak kenaikan kembali kasus Covid-19 pada kinerja Telkomsel serta monetisasi data, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, Paula tetap melihat adanya peluang pertumbuhan jangka menengah dan panjang mengingat meningkatnya permintaan layanan broadband dan kuatnya neraca TLKM.
"Proyeksi pertumbuhan pendapatan TLKM kami adalah sekitar 5 hingga 8 persen yoy di tahun 2022 maupun 2023," ujar Paula.
Menurut Paula, Indihome dan MTEL bisa menjadi tambahan penopang pertumbuhan di masa penurunan permintaan layanan suara dan SMS. Ia memandang pertumbuhan bisnis non-Telkomsel, terutama Indihome dan MTEL, dapat membantu mengurangi sebagian dampak yang dirasakan Telkomsel akibat pergeseran permintaan dari layanan suara dan SMS ke layanan data.
Paula juga melihat strategi TLKM untuk mengembangkan bisnis dengan pendapatan berulang (kontrak jangka panjang), seperti menara dan data center tertentu, dapat sedikit membantu TLKM ketika menghadapi ketidakpastian di masa depan.
Paula merekomendasikan beli saham TLKM dengan target price di level Rp 5.000 per saham. Meski demikian, pergerakan saham TLKM tetap memiliki risiko penurunan jika daya beli konsumen menurun, mobilitas masyarakat dibatasi, dan kompetisi semakin ketat.