REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada 2021 di mana Pandemi COVID-19 memasuki tahun kedua di Indonesia, WHO menjelaskan Indonesia adalah negara peringkat ketiga di dunia yang menyumbang 824.000 pasien TBC. Namun, jumlah orang dengan gejala TBC yang diobati merosot di masa pandemi, pada tahun 2020 ditemukan sebanyak 384.025 kasus atau sekitar 47 persen. Capaian penemuan kasus ini menurun 178.024 dari tahun 2019, padahal sekitar 8 perse angka kejadian TBC dunia berada di Indonesia.
Mengawali tahun 2022, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) memulai kampanye komunikasi digital sebagai strategi promosi kesehatan untuk mengurangi risiko berat dari penyakit Tuberkulosis. Kampanye digital ini selaras dengan program kampanye Temukan-Obati-Sampai-Sembuh (TOSS) TBC dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. STPI menyelenggarakan kampanye #141CekTBC untuk meningkatkan pengetahuan, pandangan, dan sikap masyarakat Indonesia yang mengalami gejala TBC, terutama di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk mendorong kesadaran masyarakat Indonesia yang masih rendah memeriksakan dirinya bila mempunyai gejala batuk terus menerus selama 14 hari atau lebih ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kesadaran yang rendah ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang pemeriksaan TBC dan tentang lama pengobatan, stigma, serta pandangan bahwa seseorang bisa menerima pengobatan tanpa melakukan tes atau diagnosis terlebih dahulu.
Mengajak untuk lebih peka dan sadar dengan berbagai gejala umum Tuberkulosis – Stop TB Partnership Indonesia menggaungkan cara skrining gejala aktif TBC secara mandiri dengan mengingat #141CekTBC. Jika 14 hari Batuk Tak kunjung Reda!? 1 Solusi, Cek Dokter Segera! Dengan begitu, masyarakat menyadari pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan.
Kampanye ini didukung oleh deretan fitur yang bisa membantu masyarakat memahami tentang penyakit Tuberkulosis. Seperti fitur Chatbot yang segera bisa diakses dari website dan Whatsapp. Fitur ini bisa membantu masyarakat mendapatkan panduan identifikasi TBC sejak dini, mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan pemeriksaan di layanan dengan fasilitas diagnosis, sampai berbicara langsung dengan dokter melalui rekanan e-health platform.
Fitur lainnya adalah fitur Pengingat 141CekTBC dimana fitur ini diharapkan bisa membantu masyarakat lebih cepat tanggap terhadap gejala Tuberkulosis dengan memasang pengingat tentang lamanya gejala batuk muncul hingga hari keempat belas.
Kampanye ini juga dilengkapi dengan berbagai artikel kesehatan yang bisa diakses di website Stop TB Partnership Indonesia dan microsite kompas.com. Diharapkan masyarakat bisa menambah pengetahuannya tentang Tuberkulosis sehingga meningkat kesadarannya untuk memeriksakan diri dan mengobati penyakit ini sampai sembuh.
Pendekatan persuasif kampanye ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan, pandangan, dan sikap orang-orang dengan gejala TBC untuk mengakses layanan dengan fasilitas diagnosis TBC di masa pandemi. Dengan begitu, mereka yang memiliki gejala TBC bisa mendapatkan diagnosis yang tepat serta pengobatan yang sesuai standar sampai sembuh.
“Selain COVID-19, kesehatan masyarakat Indonesia masih terbebani dengan penyakit menular seperti TBC yang sudah ada sejak lama. Upaya mempromosikan penyakit ini pun harus mengadopsi cara-cara baru untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa TBC masih ada di sekitar kita. TBC bukan batuk biasa, jika mengalami gejala batuk lebih dari 14 hari sudah waktunya mencari solusi dengan periksa ke dokter," kata dr. Henry Diatmo, MKM selaku Direktur Eksekutif STPI, Senin (21/2/2022).
“Salah satu pasal dalam Peraturan Presiden No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC menggarisbawahi perlunya melakukan penybarluasan informasi terkait TBC kepada masyarakat. Upaya kampanye #141CekTBC yang digalang oleh STPI ini merupakan ajang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Kami harap dengan adanya kampanye ini dapat membangun kemauan individu yang bergejala TBC untuk memeriksakan diri sedini mungkin sehingga memutus rantai penularan TBC di masyarakat”, ujar Koordinator Substansi Tuberkulosis, dr. Tiffany Tiara Pakasi.
Membangun kesadaran adalah hal fundamental yang harus dilakukan untuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap penyakit Tuberkulosis. Terlebih sejak munculnya COVID-19 karena kedua penyakit ini menular melalui udara dan menunjukan gejala serupa yaitu batuk dan demam. Oleh karena itu, kampanye promosi kesehatan tentang penyakit TBC menjadi semakin penting di masa pandemi ini.
Untuk informasi lebih lanjut, sila kunjungi:
Website: 141.stoptbindonesia.org
Instagram/Twitter/Facebook: Stop TB Partnership Indonesia
Website: tbindonesia.or.id
Instagram: @tbc.indonesia
Facebook:
TB Indonesia
Youtube:
TB Indonesia