Oleh : Mursalin Yasland, Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Bagi kalangan penuntut ilmu (majelis taklim) ahlul sunnah wal jamaah, boleh dikata mengenal sosok Ustadz Farid Achmad Okbah MA. Selepas Shalat Subuh, pendiri dan Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) itu ditangkap tim Densus 88 dengan tuduhan terorisme.
Sedang aktif-aktifnya menggelorakan PDRI ke nusantara menjelang Pemilu 2024,
Ustadz Farid justru dibungkam Densus 88 di Yanatera II, Perumahan Bulog, Pondok Melati, Jakarta, pada 16 November 2021. “Saya sadar bahwa hidup ini adalah ujian untuk menentukan kualitas manusia di hadapan Allah,” ujarnya.
Ustadz Farid Okbah selain pendakwah, pembela dan pejuang agama, ia juga dikenal penulis buku. Kelas III SMP tahun 1973, ia telah ditinggal bapaknya.
Sebagai pengganti bapak yang menanggung ibu dan empat adik-adiknya, juga tiga saudara dari ibunya. “Sebagai anak paling besar, praktis saya mengambil alih tanggung jawab keluarga,” katanya.
Saat itu, ia diterpa dengan kehidupan yang keras dan menantang. Sambil sekolah ia bekerja mencari penghidupan halal untuk keluarga. Kerja bengkel dan berjualan es dijalani. Ia juga bekerja di industri rumah tangga sepatu bola hingga membuat mercon untuk tambahan menyambung hidup keluarga.
Dalam bidang Agama Islam sudah dirintis sejak ia masih usia sekolah. Lingkungan tempat tinggalnya menjadikan ia mulai faham Agama Islam. Banyak ustaz-ustaz yang memberikan kajian ilmu di masjid lingkungan rumahnya di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Masa kanak-kanak hingga usia sekolah menengah, juga sama dengan anak-anak lagi bermain bola dan juga main hujan-hujanan. “Seluruh warga Bangil tempat kami tinggal, keluar hujan-hujanan sebagai hiburan rakyat gratis,” kenangnya.
Ia lebih banyak mengenal corak dan ragam keislaman. Di lingkungan keluarga besar Ustaz Farid Okbah justru beragam corak. Keluarganya Al Irsyad, pamannya Persis, lingkungan tempat tinggalnya NU, sekolahnya Muhammadiyah, gurunya habaib dan masyayikh, dan tetangganya malah ada Syiah.