Selasa 22 Feb 2022 23:22 WIB

Obat Apps Gandeng Kemendikbud Sosialisasi Hibah Penelitian 

Sosialisasi Hibah Penelitian Obat Apps ditargetkan bagi dosen D3 Farmasi

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Fintech Obat Apps.  Guna meningkatkan kemampuan dosen D3 Farmasi bidang penelitian dan pengabdian masyarakat, OBAT Apps bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggelar sosialisasi hibah penelitian dan pengabdian masyarakat tahun anggaran 2022.
Foto: Republika
Fintech Obat Apps. Guna meningkatkan kemampuan dosen D3 Farmasi bidang penelitian dan pengabdian masyarakat, OBAT Apps bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggelar sosialisasi hibah penelitian dan pengabdian masyarakat tahun anggaran 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Guna meningkatkan kemampuan dosen D3 Farmasi bidang penelitian dan pengabdian masyarakat, OBAT Apps bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggelar sosialisasi hibah penelitian dan pengabdian masyarakat tahun anggaran 2022.

“Tridharma perguruan tinggi adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, begitu amanat dari Standar Nasional Perguruan Tinggi,” ujar salah satu narasumber dalam acara sosialisasi hibah penelitian dan pengabdian masyarakat yang digelar oleh OBAT Apps Saryono dalam keterangan resmi, Selasa (22/2/2022).

Menurutnya, dosen memiliki kewajiban untuk meneliti dan berdampak secara akademis, baik pengajaran maupun keilmuan, serta sosial dan ekonomi. Kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan secara daring tersebut diharap mampu merangsang iklim penelitian dan menatar kemampuan Dosen D3 Farmasi.

“Kami harap acara ini menjadi pijakan agar dosen bisa lebih berdaya melalui jaringan penelitian dan mengetahui sistem secara menyeluru dari proposal hingga hilirisasi produk,” papar Chief Marketing Officer OBAT Apps Saiful Robbani.

Pada kesempatan tersebut, Saryono dan Okid Parama Astirin menyampaikan beberapa skema penelitian serta pengabdian masyarakat yang dapat dipantau lebih lanjut melalui laman SIMLITABMAS. Menurut data, 70 persen peneliti di Indonesia merupakan peneliti dasar dengan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT I, II, dan III). 

Sehingga pada 2022, fokus utama untuk mendorong peneliti dasar agar naik tingkat menjadi peneliti terapan (TKT IV, V, dan VI), sedangkan penelitian terapan didorong untuk penelitian pengembangan yang bermuara pada hilirisasi produk dan siap diproduksi secara massal. “Dorongan tersebut dilakukan agar penelitian bisa membantu memecahkan persoalan dan memberian nilai tambah ekonomi pada masyarakat," ucapnya.

Penyusunan proposal penelitian dan pengabdian ini tentunya perlu disesuaikan dengan Rencana Induk Penelitian Nasional 2017-2045 yang mengusung tema green economy, blue economy, digital economy, pariwisata, serta kemandirian kesehatan. Sementara itu, Okid memberikan beberapa tips agar proposal dapat didanai. 

Pertama, pengaju proposal berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Hal ini bertujuan agar proses pengabdian bisa memberikan solusi yang beragam. Kedua, program yang diajukan berkelanjutan dan relevan dengan kondisi masa kini. 

Ketiga adalah masalah teknis seperti seleksi administrasi yang memegang 10 persen dari penilaian substansi proposal pengabdian, sedangkan penelitian memegang proporsi hingga 40 persen. Tips teknis lainnya yakni kata kunci yang sesuai dengan tema, visualisasi, dan perihal linimasa pengunggahan berkas.

Okid menuturkan sebagai reviewer, hanya menyampaikan penilaian awal kepada Direktorat Riset dan Pegabdian Kepada Masyarakat (DRPM). Selanjutnya, keputusan pendanaan ditetapkan oleh DRPM.Besaran pendanaan yang diberikan DIKTI bernilai 200 sampai 350 juta/tahun dan hanya bisa diajukan maksimal hingga tahun ketiga. Dari sisi lain perlu adanya dana dari luar senilai 150 juta per tahun. 

Menurut Okid, pendanaan tersebut bisa berupa barang ataupun fasilitas ruangan. “Saya sangat senang bahwa Asosiasi Pendidikan D3 Farmasi Indonesia (APDFI) bekerja sama dengan PT Obat Inovasi Indonesia, semoga ada kaitannya dengan industri obat atau herbal yang sudah besar agar bisa memberikan dana CSR tersebut," katanya.Menurutnya peran serta industri atau mitra dalam penelitian maupun pengabdian ini selaras dengan skema penelitian terapan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. “Hal ini dilakukan agar teknologi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar, trend market, maupun kebutuhan penggun," ucap Suryono.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement