Rabu 23 Feb 2022 14:50 WIB

Kematian Akibat Omicron Rendah, Pakar: Setiap Nyawa Berharga

Pakar ingatkan tidak lengah meski angka kematian akibat Omicron rendah.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nora Azizah
Pakar ingatkan tidak lengah meski angka kematian akibat Omicron rendah.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pakar ingatkan tidak lengah meski angka kematian akibat Omicron rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) Asia Tenggara dan Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama mengakui, kematian akibat Covid-19 varian omicron lebih rendah dibandingkan varian delta. Namun, Tjandra mengingatkan setiap nyawa yang hilang tentu sangat berharga.

Tjandra mengingatkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait kematian akibat omicron. "Pertama, setiap nyawa yang hilang tentu amat berharga dan tidak dapat tergantikan dengan apapun juga," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Kedua, dia melanjutkan, angka kematian terus naik dari hari ke hari. Dia mengingatkan pada 11 Februari 2022 ada 100 orang warga Indonesia yang wafat karena Covid-19, dan tidak sampai sepekan yaitu pada 17 Februari angkanya naik dua kali lipat menjadi 206 kasus, dan pada 18 Februari naik lagi jadi 216 yang meninggal. Memang tanggal 19, 20 dan 21 Februari angkanya turun dibawah 200 orang, tetapi kemarin 22 Februari 2022 tercatat kembali wafat 257 warga Indonesia.

"Ini jadi jumlah tertinggi di masa Omicron. Pada 6 Januari 2022 ada empqt warga yang wafat karena COVID-19, jadi sekarang sudah meningkat lebih 50 kali lipat," ujarnya.

Lebih lanjut, pihaknya mengusulkan tiga hal dalam pengendalian kematian ini. Pertama, melakukan analisa mendalam di 4 aspek, pertama audit kematian untuk menentukan “cause of death (COD)”.

Kedua analisa perjalanan penyakit sejak tertular, timbul gejala ringan sampai berat dan meninggal, kemudian ketiga jenis varian dan bila mungkin jenis, baik BA.1 atau BA.2. Keempat apakah ada “patient’s delay”, “health service delay” dan kalau ada berapa lama “total delay”.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 22 Feb 2022 kemarin menyampaikan total kasus kematian Covid-19 sejak wabah Omicron merebak mencapai 2.484 jiwa. Dari yang meninggal itu maka 46 persen memiliki penyakit penyerta (komorbid), dengan kata lain lebih dari separuhnya  (54 persen) tidak memiliki komorbid. 

Artinya penyakit memberat sampai menuju kematian memang tidak sepenuhnya karena adanya komorbid. Kudian yang meninggal 53 persen adalah lanjut usia. Data ini kembali menunjukkan bahwa hampir separuh (47 persen) yang meninggal bukanlah kelompok umur lansia. Ancaman penyakit berat sampai meninggal dunia memang dapat terjadi di berbagai kelompok umur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement