Rabu 23 Feb 2022 21:25 WIB

Ini Alasan Indonesia Belum Cabut Wajib Masker

Beberapa negara di dunia sudah menerapkan kebijakan lepas masker.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nora Azizah
Beberapa negara di dunia sudah menerapkan kebijakan lepas masker.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Beberapa negara di dunia sudah menerapkan kebijakan lepas masker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi angkat bicara mengenai negara lain yang sudah tak mewajibkan mengenakan masker. Satgas menegaskan Indonesia sejak awal menerapkan strategi sendiri. 

"Dari awal kita (Indonesia) menggunakan strategi berlapis dan kita yakin bahwa tidak cukup hanya satu strategi untuk menyelesaikan masalah ini," ujarnya saat mengisi siaran radio kesehatan bertema 'Disiplin Prokes Gampang atau Susah?', Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Dia mengibaratkan strategi yang dilakukan Indonesia saat ini mengadopsi keju Swiss ada bolong-bolongnya setiap lapisan. Kemudian, dia melanjutkan, ada lapisan berikutnya dan menutupi yang bolong. Ia menambahkan, strategi pemerintah Indonesia yang utama adalah upaya protokol kesehatan 3M, 3T, dan vaksinasi. 

"Nah, upaya 3M itu untuk mencegah virus masuk.  Strategi utama 3M ini mencegah virus jangan sampai masuk," katanya.

Kendati demikian, pihaknya menyadari masyarakat seringkali lengah, kadang-kadang lupa pakai masker bahkan kalau bersama ngobrol tanpa menggunakan masker. Oleh karena itu, dia melanjutkan, pertahanan yang dibangun ada dua yaitu di luar tubuh dan di dalam tubuh. Salah satunya pemerintah membangun pertahanan tubuh dalam bentuk vaksinasi.

"Namun meski sudah divaksin, respons imunitas setiap orang kan tidak sama," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya menekankan pentingnya prikes dan mewanti-wanti masyarakat menerapkannya dan menjaga jangan sampai virus masuk. Sonny menambahkan, strategi berlapis itu yang pihaknya teeapkan dan selama Covid-19 ini masih dinyatakan pandemi oleh organisasi kesehatan dunia PBB (WHO).

"Maka kami tetap melakukan upaya strategi dalam konteks pandemi," katanya. 

Terkait negara yang melonggarkan prokes, Sonny mengingatkan sebenarnya itu bukannya tanpa risiko. Negara tersebut juga mengalami lonjakan kasus harian cukup tinggi, bahkan kematian lebih tinggi ketika memutuskan pelonggaran prokes. 

"Jadi, sembari kita (Indonesia) menyiapkan sistem kesehatan lebih baik dan membangun perilaku adaptif di masyarakat maka kita harus terus menerus menjaga momentum ini dengan strategi berlapis," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement