Kamis 24 Feb 2022 18:04 WIB

Subvarian Omicron yang tidak Boleh Dianggap Enteng

Varian omicron menyumbang sebagian besar infeksi Covid-19 di seluruh dunia saat ini.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Tiga suvarian omicron yang tidak boleh dianggap enteng. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Tiga suvarian omicron yang tidak boleh dianggap enteng. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Omicron adalah varian terbaru yang menjadi perhatian. Saat ini, varian tersebut menyumbang sebagian besar infeksi Covid-19 di seluruh dunia. 

Varian omicron yang menjadi perhatian saat ini adalah varian dominan yang beredar secara global terhitung hampir semua urutan dilaporkan ke lembaga GISAID. Hal tersebut dikatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (23/2/2022).

Baca Juga

Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus SARS-CoV-2 (TAG-VE) berbicara tentang berbagai subvarian omicron dan mengapa mereka tidak boleh dianggap enteng. Varian omicron atau B.1.1.529 merupakan penerus dari varian delta.

Itu terdiri dari beberapa subgaris keturunan dan yang paling umum di antara mereka adalah BA.1, BA 1.1, dan BA.2. Sub varian BA.2 menjadi perhatian utama para peneliti dan pakar kesehatan saat ini. Ada juga subvarian BA.3 omicron.

Berikut penjelasan tentang varian omicron yang tidak boleh dianggap enteng seperti dilansir di laman Times of India pada Kamis (24/2/2022):

1. Omicron subvarian BA. 1 dan gejalanya

Ini adalah subvarian pertama dari varian omicron yang terlihat setelah varian delta dari virus corona. Garis keturunan BA.1, yang menyumbang 97,4 persen dari urutan yang dikirimkan ke GISAID pada 19 Januari, memiliki penghapusan 69 sampai 70 pada protein lonjakan.

Gejala umum infeksi Covid-19 yang diinduksi omicron adalah sakit tenggorokan, pilek, pilek, bersin, sakit kepala, nyeri tubuh, dan demam ringan. Gejala seperti hilangnya penciuman dan rasa, yang dominan selama gelombang kedua infeksi virus corona, tidak terlihat selama gelombang omicron.

2. Omicron subvarian BA.1.1 dan gejalanya

Sesuai studi penelitian BA.1.1 memiliki 40 mutasi. Ini bersama dengan tiga garis keturunan lainnya ditemukan di Afrika Selatan. Menurut penelitian, pada 10 Februari 2022 ketika BA.2 menyumbang satu persen dari total infeksi, BA.1.1. sudah terdeteksi di 69 negara. Gejala subvarian BA.1.1 tidak berbeda dengan gejala varian lainnya.

2. Omicron subvarian BA.1.1 dan gejalanya

"BA.2 berbeda dari BA.1 dalam urutan genetiknya, termasuk beberapa perbedaan asam amino dalam protein lonjakan dan protein lainnya," ujar WHO.

Penelitian telah menunjukkan BA.2 memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan BA.1. Studi sedang berlangsung untuk memahami alasannya untuk keuntungan pertumbuhan ini, tapi data awal menunjukkan bahwa BA.2 tampaknya secara inheren lebih menular dibandingkan BA.1, yang saat ini tetap menjadi sublineage Omicron paling umum yang dilaporkan.

Perbedaan dalam transmisibilitas ini tampaknya jauh lebih kecil daripada, misalnya, perbedaan antara BA.1 dan Delta. "Selanjutnya, meskipun urutan BA.2 meningkat secara proporsional relatifterhadap sublineage Omicron lainnya (BA.1 dan BA.1.1), masih ada penurunan yang dilaporkan dalam keseluruhan kasus secara global," ujarnya.

Infeksi Covid-19 yang diinduksi BA.2 menyebabkan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, batuk terus-menerus, dan kelelahan. Tidak ada gejala lain yang dilaporkan untuk infeksi subvarian omicron, selain temuan dari beberapa penelitian yang mengatakan subvarian omicron dapat menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru.

Kemampuan lolos kekebalan dari subvarian ini sering dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit. Namun seperti yang dikatakan oleh WHO, subvarian ini mirip dengan subgaris keturunan omicron lainnya dalam hal tingkat keparahan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement