REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Tiga mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam tim produksi film dokumenter meraih predikat juara dua. Capaian itu diraih di ajang Festival Film Dokumenter yang digelar Universitas Budi Luhur, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Muhammad Hudan Nur Ibad (sutradara), Farhan Rifqi Zain (Director of Photography) dan Ilham Aditiya (Editor) adalah tiga nama yang mencetak prestasi tersebut. Mereka membentuk kelompok yang diberi nama Alecta Pictures untuk menyelesaikan Tugas Akhir Karya sebagai syarat lulus Sarjana Komunikasi UMM. Di bawah bimbingan dosen Nasrullah, ketiga mahasiswa ini berhasil lulus setelah karyanya diuji pada bulan lalu.
Karya mahasiswa tersebut merupakan film dokumenter tentang perjalanan hidup dan idealisme seniman kota Malang, Kadir Sugiarto, yang juga alumnus Komunikasi UMM. Kadir memiliki nama panggung sebagai Ugik Arbanat. Dengan judul “Gesekan Arbanat Ugik untuk Anak Indonesia”, film ini menceritakan bagaimana Ugik menjawab keresahan masyarakat yang mulai meninggalkan lagu anak-anak.
Film itu mengisahkan bagaimana Ugik dengan idealismenya terus melatih anak-anak bermusik. Tanpa kenal Lelah, dia berkeliling dari sekolah ke sekolah, dari komunitas ke komunitas. Dia pun meciptakan lagu-lagu bernuansa kebangsaan yang sesuai dengan irama anak-anak. Lagu Indonesia, misalnya, menggambarkan bagaimana anak-anak Indonesia mencintai keindahan alam dan budaya Nusantara ini.
Farhan Rifqi Zain mengaku senang filmnya masuk kategori terbaik. Sejak masuk sepuluh besar, dia dan teman-temannya selalu mengabarkan kepada pembimbing jika filmnya ikut festival dan masuk nominasi.
Farhan dan tim sebenarnya tidak menargetkan juara. Yang penting film dari timnya dapat menginspirasi dan lebih mengenalkan seniman besar. "Seperti Cak Ugik ini ke kancah nasional,” kata Farhan dalam keterangan pers, Jumat (25/2/2022).
Proses produksi film dokumenter ini mengalami berbagai hambatan. Beberapa kali pengambilan gambar dan editing harus diulang karena pembimbing meminta menyesuaikan dengan story line yang telah dibuat. Ruh film yang terletak pada idealisme Ugik harus ditonjolkan sehingga membuat tim kesulitan menerjemahkan saran dari dosen pembimbing.
Sebagai pembimbing, Nasrullah juga mengaku terus memotivasi anak didiknya untuk segera menyelesaikan karya yang disusun. Nasrullah mengenai Ugik karena dia teman kuliah seangkatan. Ugik termasuk sosok ikonik, khas dan idealis sehingga sangat disayangkan kalau difilmkan secara sembarangan.
Selain membimbing, Nasrullah juga merasa terlibat secara emosional untuk keberhasilan film ini. Berbagai upaya dilakukannya, termasuk melibatkan pembimbing dan penguji praktisi film Arfan Adhi Prasetyo. “Ini karya monumental, jadi harus bagus. Mahasiswa harus menghayati proses kreatifnya secara sungguh-sungguh agar kelak ketika mereka bekerja pengalaman ini akan terus melekat dan membanggakan,” kata Kepala Prodi Komunikasi UMM ini.
Tugas Akhir Karya memang menjadi salah satu alternatif pilihan mahasiswa Komunikasi UMM selain Skripsi. Pembuatan Film Dokumenter menjadi pilihan bagi mahasiswa yang terutama memilih peminatan Komunikasi Audio Visual. Meski demikian, peminat Jurnalistik maupun Public Relations juga bisa mengambil Tugas Akhir Karya ini.
Pada dasarnya mahasiswa bisa memilih cara lulus sesuai dengan passionnya. Selain film dokumenter, mahasiswa juga bisa membuat karya lain baik yang bersifat proyek kreatif maupun berbasis klien. Beberapa di antaranya seperti manajemen media daring, kegiatan spesial, creative business plan, termasuk juga artikel ilmiah yang tembus jurnal terakreditasi.