REPUBLIKA.CO.ID, YOGYKARTA— Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid berharap perguruan tinggi di Indonesia tidak terperangkap dalam jebakan neoliberalisme yang menerapkan pengelolaan kampus layaknya sebuah perusahaan.
"Jebakan ini tanpa disadari akan mengubah pola pikir perguruan tinggi dilihat sebagai korporat yang memberi layanan riset dan pengajaran dan bukan sebagai lembaga yang fokus pada ikhtiar ilmiah pendidikan tinggi," kata Fathul Wahid dalam Rapat Terbuka Senat Milad ke-79 UII secara virtual di Yogyakarta, Selasa (1/3/2022).
Dengan korporatisasi, menurut dia, staf administratif dan akademik kampus bakal dipandang sebagai pekerja atau buruh dan bukan sebagai kolega atau Intelektual atau cendekiawan.
Selain itu, mahasiswa dianggap sebagai klien atau konsumen yang harus dipuaskan dan bukan mahasiswa yang harus mendapat pendidikan."Rektor dan pejabat teras perguruan tinggi lain difungsikan sebagai manajer korporat dan bukan pemimpin intelektual," kata dia.
Menurut dia, korporatisasi dan pengamalan manajerialisme berpotensi menjauhkan kampus dari misi utama pendidikan tinggi.
Selain memosisikan kampus layaknya perusahaan, menurut Fathul, jebakan neoliberalisme juga menggiring kampus berlomba-lomba menjadi universitas kelas dunia.
"Terutama dalam konteks ukuran metrik yang yang digunakan oleh pemeringkatan universitas global dan produksi tenaga terampil untuk mengisi pasar tanaga kerja," kata dia.
Menurut dia, sudah semestinya kampus tidak menempatkan pemeringkatan perguruan tinggi sebagai tujuan, tetapi hanya sebagai dampak samping karena mengerjakan pekerjaan rumah dengan bIkIa berharap UII berfokus pada pertumbuhan substantif yang sejalan dengan misinya, dan tidak justru disilaukan oleh pembangunan citra.
"Rekognisi nasional atau internasional perlu dirayakan seperlunya dan tidak perlu diglorifikasi secara berlebihan, apalagi dengan jemawa dan merendahkan perguruan tinggi lain," kata dia.