REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejak Perang Dingin, ancaman perang nuklir terus ada. Setelah invasi Rusia ke Ukraina, percakapan soal perang nuklir menjadi sangat relevan.
Meskipun tahu betapa dahsyatnya serangan nuklir seperti yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki, sebagian besar masyarakat masih gagal memahami betapa dahsyatnya dampak jika perang nuklir terjadi.
Princeton University di Amerika Serikat (AS) telah memberikan gambaran perang nuklir berkat simulasi yang dilakukan oleh program Science and Global Security (SGS). Simulasi yang dilakukan pada tahun 2019.
Simulasi berjudul PLAN A memprediksi bagaimana perang akan dimulai, bagaimana dan dari mana nuklir dunia akan dikerahkan, dan seberapa tinggi jumlah korban yang tewas. Simulasi tersebut dapat ditonton di YouTube yang diunggah oleh akun Alex Glaser.
Simulasi memperkirakan hanya dalam beberapa jam setelah konflik dimulai, 90 juta orang akan tewas atau setidaknya terluka parah. Ini didasarkan pada peristiwa bahwa satu tembakan peringatan yang dikirim oleh Rusia terhadap pangkalan militer lawan yang dioperasikan oleh pasukan AS-NATO.
Serangan pertama akan bertindak sebagai domino pertama dalam serangkaian peristiwa yang akan melihat pihak yang bertikai mengerahkan ratusan senjata nuklir dalam upaya untuk mengalahkan satu sama lain. Seiring pertikaian itu, jumlah korban tewas meningkat dengan cepat saat konflik bergerak ke tahap yang berbeda.
Fase pertama akan melihat upaya Rusia untuk menghancurkan pangkalan NATO di seluruh Eropa melalui penggunaan 300 nuklir. Sedangkan NATO akan merespons dengan 180 senjata mereka sendiri dengan 2,6 juta orang tewas dalam tiga jam pertama.
Fase berikutnya yang disebut Rencana Counterforce akan melihat sebagian besar pasukan militer Eropa dihancurkan dengan AS yang dipaksa akan mengirim 600 rudal ke Rusia dan menyebabkan sekitar 3,4 juta kematian dalam waktu 45 menit.
Dengan banyaknya kerusakan yang terjadi, kedua belah pihak kemudian akan memasuki Rencana Countervalue dengan tujuan merusak sumber daya setiap negara. Sekitar 30 kota dan pusat ekonomi terpadat akan diserang dengan jumlah kematian selama fase ini terbukti menjadi yang paling menakutkan, yaitu 85,3 juta tewas dalam waktu 45 menit.
Selanjutnya, simulasi menunjukkan masih akan ada sisa nuklir yang tersedia setelah bencana yang dapat mendorong jumlahnya lebih tinggi. Simulasi menggambarkan jumlah korban tewas bisa naik jauh lebih tinggi dari perkiraan 90 juta.
Dikutip Mashable, Senin (7/3/2022), meskipun itu semua hanya proyeksi dan hal tersebut bisa terjadi berbada, peristiwa yang ditampilkan dalam PLAN A sebenarnya sangat mungkin terjadi dan mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi.