REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Obesitas atau kegemukan dapat memicu berbagai masalah kesehatan, di antaranya penyakit tidak menular (PTM), seperti strok, jantung, dan diabetes. Bukan hanya orang obesitas yang bisa terkena PTM, melainkan bentuk tubuh seperti apa pun, jika tidak menjaga kesehatan akan tetap berisiko.
Spesialis Gizi Klinik, dr Marya Haryono, menekankan setiap orang perlu menjaga gaya hidup sehat, baik dari pola makan maupun aktivitas. Penting untuk membatasi yang namanya asupan gula, garam, dan lemak (GGL) setiap harinya.
“Mau gendut obesitas atau tidak, tetap batasi GGL, natrium, atau bahasa lainnya sodium, perhatikan asupannya maksimal 2.400 miligram, kalau garam sekitar tiga perempat atau satu sendok teh rata bukan muncung,” kata dr Marya dalam acara bersama Nutrifood, Senin (7/3/2022).
Marya mengingatkan, untuk mengukur komposisi tubuh. Sebab jika ada tubuh yang terlihat kecil, misalnya, tetapi begitu dilihat kompisisi tubuh didominasi lemak, maka faktor risikonya sama dengan obesitas.
“Yang diperhatikan bukan semata-mata timbangan, tapi bagaimana supaya badan tetap sehat, sistem imun juga baik. Terapkan prinsip nutrisi seimbang bukan hanya kalori, anak muda maunya instan masuk ruangan dokter ingin langsung turun berat badan padahal ada prosesnya,” kata dr Marya.
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebih akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama, menurut WHO. Ditambah lagi dengan tingginya frekuensi kegiatan daring selama pandemi Covid-19, membuat anak muda memiliki kebiasaan ngemil atau mengonsumsi jenis makanan tinggi GGL sambil belajar atau bekerja.
Belum lagi diikuti kurangnya aktivitas fisik selama mereka di rumah, dan dapat menyebabkan lemak semakin menumpuk hingga berisiko obesitas. Marya melanjutkan, obesitas dapat dicegah saat masih muda dengan mengatur keseimbangan energi dalam tubuh.
Cobalah mulai dari mengatur pola tidur dan istirahat yang cukup. Lalu pola aktivitas fisik yang kontinu dengan intensitas rendah sampai sedang. Selain itu, pola emosi makan yang perlu diatur karena kebiasaan makan dengan jumlah berlebih dan cenderung memilih jenis makanan tidak sehat tinggi GGL disebabkan oleh emosi.
Pola makan perlu diperhatikan sesuai jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan makanan yang dianjurkan, yaitu jumlah sayur sebesar dua kali lipat dari sumber karbohidrat dan protein. Perhatikan pula label kemasan sebelum makan guna membatasi asupan GGL.
Hal ini penting agar dapat lebih sadar akan jumlah GGL yang dikonsumsi setiap harinya. Anak muda perlu melakukan pengelolaan ini sedini mungkin agar dapat melawan obesitas.
Sebagai upaya mengetahui asupan GGL dari pangan olahan kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi. Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan, yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.