REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dampak perselingkuhan tidak bisa dianggap enteng. Perselingkuhan dapat membuat orang depresi, mengalami krisis kepercayaan, trauma, kurang percaya diri, rendah diri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berdaya, hingga mengalami kecemasan.
Psikolog klinis dewasa dan personality growth, Iswan Saputro, mengatakan, perselingkuhan bisa berdampak terhadap aspek psikologis pasangan maupun anak mereka. Anak akan merasa bingung, cemas, terabaikan, hingga akhirnya mengisolasi diri.
Dalam jangka panjang, anak akan cenderung sulit percaya kepada pasangannya kelak. Anak bisa saja menjadi memiliki perspektif negatif terhadap kesetiaan, dan malah meniru untuk melakukan perselingkuhan.
Iswan mengungkap, ada ciri tertentu yang dimiliki orang yang pernah melakukan perselingkuhan. Pelaku cenderung merasa bersalah dan menyesal atas perselingkuhan yang dilakukan. Data yang dihimpun, 30 persen pelaku selingkuh mengaku sudah berusaha bertahan dalam hubungan, tapi dalam jangka waktu tertentu memilih untuk mengakhirinya.
"Sedangkan, 15,6 persen orang berusaha untuk terus bertahan dalam hubungan itu, dan 54,5 persen langsung memutuskan hubungannya saat adanya pengakuan," kata Iswan dalam webinar yang digelar Srikandi Universitas Islam Indonesia (UII), dikutip Selasa (8/3/2022).
Iswan menuturkan, setidaknya ada hal-hal yang mendorong seseorang untuk melakukan perselingkuhan. Salah satunya kurangnya rasa percaya dari pasangannya terhadap dirinya, dan orang itu cenderung ingin bebas dan tidak mau diatur pasangannya.
Selain itu, kurangnya rasa cinta dari pasangannya atau terdapat hal-hal yang memicu keraguannya terhadap pasangannya juga dapat menjadi latar belakang. Penyebab lain bisa ada tindakan penolakan dari pasangan, merasa diri memiliki keberhargaan diri, komitmen rendah dalam hubungan.
"Ada pula pengaruh keinginan seksual dan adanya situasi yang memengaruhinya untuk melakukan perselingkuhan tersebut," kata Iswan.