Legislator Dorong Pemerintah Kembangkan Varietas Pangan Tahan Perubahan Iklim

Pemerintah diminta tak menyalahkan kondisi cuaca yang tidak mendukung produksi pangan

Kamis , 10 Mar 2022, 00:14 WIB
Petani mengecek tanaman padi yang tergenang banjir, (ilustrasi). Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan,  meminta pemerintah jangan hanya menyalahkan kondisi cuaca yang tidak mendukung peningkatan produksi pangan, namun harus segera evaluasi diri.
Foto: YUSUF NUGROHO/ANTARA
Petani mengecek tanaman padi yang tergenang banjir, (ilustrasi). Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan, meminta pemerintah jangan hanya menyalahkan kondisi cuaca yang tidak mendukung peningkatan produksi pangan, namun harus segera evaluasi diri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan,  meminta pemerintah jangan hanya menyalahkan kondisi cuaca yang tidak mendukung peningkatan produksi pangan, namun harus segera evaluasi diri. Sebab menurutnya banyak kebijakan yang dibuat pemerintah tidak pro peningkatan produksi seperti pemotongan anggaran pertanian, penurunan rencana target produksi pangan, ketergantungan impor dan lain sebagainya.

"Saya mendesak pemerintah segera membuat langkah antisipasi sebab perubahan iklim yang ekstrim akan mengancam kegagalan produksi pangan," ujar Johan dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Politikus PKS itu mengingatkan bahwa urusan pangan berpengaruh vital bagi stabilitas nasional. Dirinya mengusulkan agar saat ini pemerintah memperkuat pengembangan varietas pangan yang tahan perubahan iklim sebab menurutnya sektor pertanian merupakan sektor yang paling rentan dan sensitif terhadap perubahan iklim.

"Agar produksi pangan terus terjaga maka antisipasi melalui pengembangan varietas tahan iklim sangatlah penting, disamping itu pemerintah harus meningkatkan infrastruktur Pertanian, penguatan kelembagaan Pertanian, serta mencegah konversi lahan Pertanian produktif," ujarnya.

 

"Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pengeluaran per kapita untuk kebutuhan pangan terus meningkat, bahkan permintaan pangan terus meningkat setiap tahun. Jika produksi pangan kita bermasalah maka akan berdampak serius bagi ketahanan pangan nasional," imbuhnya.

Johan juga mengingatkan pemerintah bahwa daya saing produk pertanian dalam negeri semakin tergerus, tidak hanya itu kualitas dan keamanan pangan nasional dikatakan Johan masih banyak bermasalah. Menurutnya fenomena adanya gejolak harga pangan yang tidak terkendali serta disparitas harga yang tinggi antar wilayah merupakan bukti pemerintah tidak berdaya untuk stabilisasi harga.

 "Pemerintah jangan hanya salahkan faktor cuaca sebagai pemicu kenaikan harga, namun turunnya produksi dan gangguan distribusi juga disebabkan selalu berkurangnya anggaran sektor pangan setiap tahun," tegasnya.

 

Ia memaparkan agar pemerintah fokus pada peningkatan produksi pangan melalui pendekatan 'climate smart agriculture' sesuai dengan ekosistem lokal. Menurutnya komoditas pangan yang banyak mengalami persoalan dengan cuaca dan perubahan iklim adalah komoditas yang berasal dari luar daerah dan bukan dari daerah setempat, seperti jagung hibrida, kakao, jambu mete dan lain-lain.

"Saya mendorong pemerintah, agar membantu kemandirian petani dalam produksi pangan sebab petani merupakan pelaku utama dalam usaha peningkatan produksi pangan, perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan hasil tanaman akan berdampak langsung terhadap kondisi petani sehingga kebijakan perlindungan untuk petani menjadi kata kunci bagi peningkatan produksi pangan nasional dalam menghadapi perubahan iklim yang tengah terjadi di negara kita," tuturnya.