Rabu 09 Mar 2022 17:15 WIB

Makin Kritis, Hutan hujan Amazon Terancam Jadi Sabana

Keanekaragaman yang ada di Amazon kini berkurang.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Hutan Amazon
Hutan Amazon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hutan hujan Amazon sedang menghadapi berbagai tekanan besar. Lembah Amazon menghadapi kombinasi perubahan iklim, penggundulan hutan, dan kebakaran. 

Lebih dari 75 persen Amazon telah mengalami kehilangan ketahanan. Kondisi ini membawanya lebih dekat ke ambang batas yang sangat berbahaya. 

Baca Juga

Amazon merupakan rumah bagi satu-satunya hutan hujan tropis terbesar yang tersisa di dunia. Sejak awal 2000-an lembah ini menampung setidaknya 10 persen dari keanekaragaman hayati yang diketahui di dunia.

Lebih dari tiga perempat wilayah Amazon telah memperlihatkan ciri-ciri bahwa hutan hujan sedang mendekati keadaan kritis yang dapat berubah menjadi sabana. 

Sabana adalah padang rumput yang dipenuhi oleh semak atau perdu dan diselingi oleh beberapa jenis pohon yang tumbuh menyebar.

Ada banyak diskusi tentang masa depan hutan hujan Amazon dan titik kritisnya. Studi model menunjukkan hilangnya hutan hujan Amazon dengan cepat. 

"Kami menggunakan indikator mapan untuk mengukur perubahan ketahanan hutan, menemukan bahwa 75 persen dari hutan kehilangan ketahanan,” kata Chris Boulton, dalam laporan di Nature Climate Change.

Mereka melakukan penilaian terhadap hutan. Nilai yang dimiliki pada tiap lokasi diukur dari waktu ke waktu dan perkiraan mengenai berapa banyak memori yang dimiliki hutan (seberapa mirip hutan dibandingkan dengan sebelumnya).

Nilai yang lebih tinggi akan memperlihatkan lebih banyak memori. Hal ini berarti respon yang diberikan hutan lebih lambat terhadap peristiwa cuaca dan ketahanan yang lebih rendah terhadapnya. 

Selama bertahun-tahun, nilai di masing-masing lokasi memperlihatkan bahwa selama 20 tahun terakhir ketahanan di hutan hujan Amazon telah mengalami kehilangan. 

Boulton menjelaskan ketahanan ini mengacu pada kemampuan ekosistem untuk pulih dari peristiwa berat seperti kekeringan. Adanya pemantauan ketahanan ekosistem sangat penting karena dapat membantu menentukan besarnya dan waktu intervensi ekologis, seperti penyiraman lingkungan, serta memberikan lintasan pada ekosistem yang sangat terganggu dan tunduk pada perubahan berkelanjutan. 

Terjadinya invasi ekonomi manusia modern yang cukup agresif di daerah tersebut selama beberapa dekade terakhir telah menggantikan daun-daun tropis menjadi jalan, bendungan, peternakan, dan perkebunan kedelai yang besar. 

Hal itu diperparah dengan adanya ratusan kebakaran hutan yang membakar sebagian besar hutan hujan tropis. Kebakaran yang terjadi pada tahun 2020 telah melenyapkan lebih dari 19 juta hektar hutan tropis terbesar di dunia.  

Rusaknya habitat hutan mengakibatkan banyak spesies endemik berada di ambang kepunahan. Perannya digantikan dengan hewan lain. Misalnya, trenggiling raksasa digantikan oleh tikus dan pohon kacang Brazil digantikan oleh gulma. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement