REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toyota Motor Corp akan melakukan pengurangan produksi tambahan pada bulan Maret karena kekurangan chip semikonduktor. Hal tersebut dilakukan beberapa hari setelah produsen mobil Jepang tersebut mengurangi target produksi domestiknya sebanyak 20 persen untuk kuartal April-Juni.
Dikutip dari Reuters, Rabu (16/3/2022), Toyota mengatakan akan menangguhkan produksi pada satu lini di pabrik selama delapan hari kerja mulai 22 Maret hingga akhir bulan. Penangguhan ini berbeda dengan penangguhan produksi dalam negeri di dua pabrik yang diumumkan bulan lalu.
Produksi sekitar 14.000 minivan Noah dan Voxy akan terpengaruh oleh penangguhan terbaru, kata juru bicara Toyota. Pekan lalu, Toyota mengatakan akan menurunkan produksi selama tiga bulan mulai April untuk mengurangi tekanan pada pemasok, yang berjuang dengan kekurangan chip dan suku cadang lainnya.
Berita tersebut mengikuti pengumuman Toyota bahwa mereka akan menghentikan produksi di pabrik patungan dengan FAW Group di kota Changchun, China, karena pembatasan COVID-19. Meskipun ada pemotongan, Toyota akan mempertahankan target produksi 8,5 juta kendaraan untuk tahun ini.
Kekurangan chip global telah menjangkiti perusahaan dari pembuat smartphone, perusahaan elektronik, hingga pembuat mobil. Krisis chip memaksa perusahaan termasuk Toyota untuk berulang kali memangkas produksi bahkan ketika biaya bahan baku meningkat.
Pembuat kendaraan listrik Amerika Serikat Rivian Automotive memperingatkan bahwa masalah rantai pasokan dapat memaksa mereka untuk memangkas produksi yang direncanakan hingga setengahnya tahun ini. Pembuat mobil Jerman Volkswagen mengatakan bahwa mereka menjual 2 juta mobil lebih sedikit dari yang direncanakan tahun lalu karena krisis chip.