Rabu 16 Mar 2022 15:18 WIB

Angka Ibu Baru Melahirkan Alami Depresi Meningkat di Awal Pandemi

Angka ibu baru melahirkan alami depresi meningkat hingga tiga kali lipat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Angka ibu baru melahirkan alami depresi meningkat hingga tiga kali lipat.
Foto: Flickr
Angka ibu baru melahirkan alami depresi meningkat hingga tiga kali lipat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian dari University of Michigan menemukan bahwa satu dari tiga ibu baru selama pandemi awal Covid-19 mengalami depresi pascamelahirkan. Angka itu hampir tiga kali lipat daripada sebelum pandemi

Penelitian baru dari UM School of Nursing menemukan bahwa depresi pada ibu baru meningkat pesat selama pandemi. Sebelum covid, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa satu dari delapan wanita mengalami depresi pascamelahirkan, dan sekitar 5 persen sampai 7 persen mengalami gejala depresi berat

Baca Juga

“Depresi postpartum dan faktor risiko terkait selama pandemi Covid-19 muncul di BMC Research Notes. Itu berasal dari penelitian yang lebih besar yang disebut ‘Covid-19 Mamas (Kelekatan, Suasana Hati, Kemampuan, dan Dukungan Ibu),” kata penulis utama dan asisten profesor keperawatan, Clayton Shuman dilansir Eurasia Revie, Rabu (16/3/2022).

Untuk makalah ini, para peneliti mengumpulkan data survei antara Februari hingga Juli 2020 dari 670 pasien pascapersalinan AS yang menyelesaikan Skala Depresi Pascakelahiran Edinburgh secara daring dan memberikan informasi demografis. Penelitian mereka menemukan bahwa ibu yang memberi susu formula memiliki peluang 92 persen lebih besar untuk skrining positif depresi pascapersalinan dan 73 persen lebih mungkin positif gejala depresi mayor dibandingkan dengan mereka yang menyusui atau memberi susu botol dengan ASI mereka sendiri.

Ibu dengan bayi di unit perawatan intensif neonatus memiliki peluang 74 persen lebih besar untuk skrining positif depresi, dan setiap peningkatan satu minggu pascapersalinan meningkatkan kemungkinan skrining positif sebesar 4 persen. Ibu yang khawatir tertular Covid-19 memiliki peluang 71 persen lebih besar untuk melakukan skrining positif depresi pascapersalinan.

Shuman mengatakan, terkejut dengan banyaknya wanita yang diskrining positif untuk depresi dan depresi berat. Dia mengatakan tim juga menemukan bahwa hampir satu dari lima peserta yang diskrining positif untuk depresi pascapersalinan melaporkan memiliki pemikiran untuk melukai diri sendiri. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat sebelum pandemi, peneliti dari University of Michigan, Lindsay Admon dan rekan-rekannya menemukan tingkat bunuh diri di antara pasien prenatal dan postpartum sedang meningkat di AS.

Shuman mengatakan, ada beberapa kemungkinan alasan untuk temuan menyusui. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa sumber daya pendukung menyusui seperti konsultasi laktasi terbatas selama covid awal dan mungkin telah meningkatkan kesusahan atau menyebabkan orang beralih ke susu formula.

Stres dari masalah rantai pasokan yang mengakibatkan kekurangan susu formula juga dapat menyebabkan depresi. Akhirnya, penelitian menunjukkan menyusui dapat membantu melindungi pasien pascapersalinan dari depresi pascapersalinan, membantu meminimalkan keparahan gejala depresi, dan meningkatkan waktu pemulihan. Peningkatan ini menyoroti kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala depresi pada pasien pascapersalinan, tetapi skrining hanyalah langkah pertama. 

“Pengobatan sangat penting untuk pemulihan,” ujar Shuman.

Dia mengusulkan sumber dan edukasi tentang depresi pascamelahirkan harus disebarluaskan dan diimplementasikan dengan lebih baik. Sumber daya ini harus dibagikan kepada masyarakat umum untuk mengurangi stigma, serta dibagikan kepada mereka yang memberikan dukungan sosial dan emosional kepada pasien pascapersalinan, seperti pasangan dan anggota.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement