REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah burnout alias kelelahan akibat pekerjaan tercetus pada 1970-an. Psikolog Herbert Freudenberger memopulerkannya setelah mengamati staf yang bekerja terlalu keras di sebuah klinik kesehatan di New York, Amerika Serikat.
Dia menjelaskan, seseorang merasakan rasa lelah ekstrem sebagai respons terhadap stres dan ekspektasi besar. Puluhan tahun berlalu, tahun 2020 membawa jenis burnout baru ketika jutaan orang bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19.
Psikolog Jacinta M Jiménez menyebutkan tiga tanda burnout, yakni kelelahan, sinisme, dan inefisiensi. "Seseorang menjadi sering memaksakan diri, dan kelelahan itu menjadikannya lekas marah," ujarnya, dikutip dari laman Men's Health, Rabu (16/3/2022).
Burnout perlu dihindari sebab telah dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Untuk menghindarinya, berikut enam cara yang bisa dicoba.
1. Jangan cek email dari tempat tidur
Kebiasaan langsung meraih ponsel dan mengecek email begitu membuka mata pada pagi hari adalah cara cepat memicu respons stres tubuh. Memulai pekerjaan adalah niat yang baik, tetapi Jiménez mengatakan itu bukan langkah tepat.
Penulis buku The Burnout Fix itu menyarankan mengambil napas dalam-dalam selama satu menit sebelum bangkit dari tempat tidur. Setelah itu, lakukan ibadah, meditasi, lari pagi, yoga, atau hobi menenangkan lain supaya tubuh siap dan fokus memulai hari.
2. Isi waktu luang dengan benar
Bekerja dari rumah memberi ilusi bahwa seseorang memiliki waktu luang yang lebih banyak. Mungkin pada sebagian orang memang demikian, tapi menurut Jiménez masih banyak yang salah dalam memanfaatkannya.
Mengisi waktu luang sebaiknya dengan aktivitas yang bisa menambah 'daya baterai' semangat. Hanya berbaring di sofa sambil scrolling linimasa media sosial tak disarankan karena bisa berdampak sebaliknya.
3. Atur ulang rutinitas
Salah satu efek samping dari pandemi Covid-19 adalah rutinitas berubah atau jadi berantakan. Pendiri platform coworking daring Caveday, Jake Kahana, menyarankan untuk melakukan pengaturan ulang rutinitas.
Berbagai kebiasaan baru bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada, tapi menurut Kahana seseorang tidak boleh memaksakan diri. "Otak bukan mesin. Kita tidak dapat mengharapkan tingkat output yang sama sepanjang hari," kata dia.
4. Buat batas
Buat batasan kapan harus berhenti melakukan pekerjaan di rumah. Ini penting sebab menurut peneliti London Business School dan Cornell University, bekerja pada hari libur memengaruhi motivasi secara negatif, yang mengarah pada kepuasan kerja yang lebih rendah.
5. Jalin hubungan
Tanpa interaksi di lingkungan kerja, seseorang bisa merasa lebih terisolasi. Karena itu, jangan lupa untuk tetap menjalin hubungan dengan kolega. Psikolog klinis Forrest Talley menyarankan tetap saling berkirim pesan, bisa soal hobi atau obrolan ringan lain.
6. Luangkan waktu untuk "perjalanan"
Saat hari-hari normal, seseorang menempuh perjalanan dari rumah ke tempat kerja. Periode bekerja dari rumah menghilangkan itu. Menurut psikolog klinis Sabrina Romanoff, meluangkan waktu untuk sedikit "perjalanan" bisa menghindarkan diri dari burnout.
Bagi orang yang belum bisa bertandang ke kantornya, anjuran Romanoff adalah berjalan-jalan di sekitar rumah. "Itu adalah gerakan asosiasi yang kuat yang mengkalibrasi pikiran dan tubuh untuk beralih ke mode kerja," ujarnya.