REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada anak, Covid-19 bisa menyebabkan berbagai efek jangka panjang, salah satunya multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) alias sindrom peradangan multisistem. Ini merupakan kondisi medis ketika bagian organ-organ tubuh anak mengalami inflamasi atau peradangan, termasuk organ pencernaan, saluran pernapasan, dan bahkan jantung.
Ketua Satgas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Yogi Prawira menjelaskan bahwa MIS-C bisa terdeteksi dalam kurun waktu dua sampai enam pekan setelah anak dinyatakan sembuh dari Covid-19. Menurut dia, MIS-C juga justru sering terjadi pada anak-anak yang sehat-sehat saja, di mana saat infeksinya tidak bergejala atau gejala ringan.
Karenanya, penting bagi orang tua untuk terus memantau kondisi anak walaupun sudah selesai masa akutnya. Dr Yogi mengatakan, orang tua perlu tahu soal MIS-C karena kondisi ini sering kali tidak terdeteksi.
"Jika memang sudah diketahui anak kena Covid-19, terus pantau selama tiga sampai enam pekan ke depan, ada gejala lain muncul tidak, jika ya mungkin MIS-C," kata dr Yogi dalam sebuah diskusi virtual, disimak di Jakarta, Kamis (17/3/2022).
Selain gejala klinis, mendeteksi MIS-C juga perlu bukti bahwa anak tersebut pernah terinfeksi Covid-19. Karena itu dia meminta orang tua untuk tidak ragu lagi dengan keamanan tes swab pada anak.
Menurut dr Yogi, pekan lalu ada tiga anak yang mengalami keterlambatan diagnosis MIS-C. Sebab, mereka sebelumnya tidak pernah diketahui telah terinfeksi Covid-19.
"Tiga anak itu tidak jelas dia pernah Covid atau tidak, tapi kemudian dia mengalami demam dan perubahan perilaku, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata dia mengalami hiperinflamasi. Kami cross check lagi, ternyata satu bulan lalu di rumahnya ada yang positif, dan si anak tidak di testing," kata dr Yogi.