Jumat 18 Mar 2022 02:36 WIB

Tanda Infeksi Deltacron yang Harus Diwaspadai

Semula, banyak ahli menilai deltacron merupakan hasil kekeliruan di laboratorium.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Gejala deltacron yang harus diwaspadai. (ilustrasi)
Foto: republika.co.id
Gejala deltacron yang harus diwaspadai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian deltacron belum dinyatakan sebagai mutasi yang mengkhawatirkan. Namun, tak ada salahnya mengenali tanda atau gejala yang mungkin terjadi bila seseorang terinfeksi oleh varian "hibrida" dari omicron dan delta ini.

Sekuen deltacron pertama kali ditemukan oleh ahli virologi Leondios Kostrikis dan timnya dari Universiy of Cyprus. Temuan ini lalu diumumkan ke muka publik pada awal Januari 2022.

Baca Juga

Mulanya, banyak ahli yang menilai keberadaan deltacron merupakan hasil dari kekeliruan di laboratorium. Namun seiring dengan bertambahnya bukti, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa deltacron benar ada.

Sejauh ini, belum ada banyak hal yang diketahui mengenai deltacron. Akan tetapi, gejala Covid-19 yang muncul akibat deltacron diperkirakan sama dengan varian-varian lain.

Beberapa gejala Covid-19 yang patut diwaspadai adalah demam, batuk terus menerus, kehilangan atau penurunan indra penciuman dan perasa, serta hidung beringus atau hidung tersumbat. Beberapa gejala lain yang juga perlu diperhatikan adalah lelah, sakit kepala, sesak napas, nyeri otot atau tubuh, nyeri tenggorokan, mual atau muntah, dan diare.

Di tengah munculnya berbagai varian-varian baru Covid-19, salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan banyak orang adalah vaksinasi. Orang-orang yang sudah divaksinasi juga sangat dianjurkan untuk mendapatkan booster agar proteksi yang sudah terbentuk kembali optimal.

Selain vaksinasi, penerapan protokol kesehatan yang tertib juga memegang peranan penting dalam mencegah penularan Covid-19. Meski situasi saat ini tampak mulai terkendali, belum saatnya bagi orang-orang untuk mengendurkan kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan.

Pelonggaran restriksi dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan tampak memiliki peran signifikan terhadap peningkatan kasus Covid-19. Di Inggris misalnya, peningkatan kasus Covid-19 terjadi meningkat sebesar 52 persen pada 16 Maret. Peningkatan ini terjadi setelah pemerintah Inggris melonggarkan restriksi pandemi.

Salah satu protokol kesehatan yang penting namun mulai ditinggalkan adalah menggunakan masker. Beberapa negara termasuk Inggris, saat ini tak lagi mewajibkan penggunaan masker di ruang terbuka atau tertutup. Padahal, penggunaan masker bisa membantu menekan penyebaran Covid-19 secara signifikan.

Protokol kesehatan lain yang dapat membantu adalah menghindari kerumunan, menjaga jarak fisik, dan menjaga kebersihan tangan. Jaga agar area mata, hidung, atau mulut tidak disentuh oleh tangan yang belum dibersihkan. Seperti diketahui, mata, hidung, dan mulut merupakan bagian tubuh yang menjadi entry point berbagai infeksi seperti Covid-19. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement